Dari Ibnu Abbas.ra, Rasulullah.Saw bersabda:
“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw dalam agama ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."348
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan'para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasulallah, menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat Ilahiyyah, yaitu dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, bertawassul dengan beliau, atau bertawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk ubudiyyah kepada selain Allah.SWT, perbuatan ini adalah syirik.
Padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabdanya:
"Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji `Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata¬kanlah, Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).'"349
Abdullah bin asy-Syikhkhir.ra berkata, "Ketika aku pergi bersama delegasi Bani `Amir untuk menemui Rasulullah kami berkata kepada beliau, "Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!" Spontan Nabi menjawab:
"Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta'aala!"
Lalu kami berkata, "Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya." Serta merta beliau mengatakan:
"Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaithan."351
Anas bin Malik.ra berkata, "Sebagian orang berkata ke¬pada beliau, Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!' Maka seketika itu juga Nabi bersabda:
"Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku."352
Beliau membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: "Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami." Padahal sesungguhnya beliau adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak.
Meskipun demikian, beliau melarang mereka agar menjauhkan mereka dari sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau.swt, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan `aqidah. Dua sifat itu adalah Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).
Dinukil dari kitab Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah,
Yasid bin Abdul Qadir Jawas
___________
348. HR. Ahmad (I/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Ibnu Majah (no. 3029), Ibnu Khu¬zaimah (no. 2867) dan lainnya, dari Sahabat Ibnu 'Abbas e4S. Sanad hadits ini shahih menurut syarat Muslim. Dishahihkan oleh Imam an-Nawawi dan Syaikhul Islam Ibnu Tairniyyah.
349 HR. Al-Bukhari (no. 3445), At-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu¬hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), Ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat Umar bin al-Khaththab
351. HR. Abu Dawud (no 4806), Ahmad (IV/24, 25), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no 211/ Shahiihul Adabil Mufrad no 155), an-Nasa-i dalam cAmalul Yaum wal Lallah (no. 247, 249). Al-Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: "Rawi-rawi¬nya shahih. Dishahihkan oleh para ulama (ahli hadits)." (Fathul Baari V/179)
352 . HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul ftiquad Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Mas'ud
“Jauhkanlah diri kalian dari ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, karena sesungguhnya sikap ghuluw dalam agama ini telah membinasakan orang-orang sebelum kalian."348
Salah satu sebab yang membuat seseorang menjadi kufur adalah sikap ghuluw dalam beragama, baik kepada orang shalih atau dianggap wali, maupun ghuluw kepada kuburan'para wali, hingga mereka minta dan berdo'a kepadanya padahal ini adalah perbuatan syirik akbar.
Dan yang dimaksud dengan ghuluw dalam hak Nabi adalah melampaui batas dalam menyanjungnya, sehingga mengangkatnya di atas derajatnya sebagai hamba dan Rasulallah, menisbatkan kepadanya sebagian dari sifat-sifat Ilahiyyah, yaitu dengan memohon dan meminta pertolongan kepada beliau, bertawassul dengan beliau, atau bertawassul dengan kedudukan dan kehormatan beliau, bersumpah dengan nama beliau, sebagai bentuk ubudiyyah kepada selain Allah.SWT, perbuatan ini adalah syirik.
Padahal beliau telah melarang hal tersebut melalui sabdanya:
"Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji `Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata¬kanlah, Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).'"349
Abdullah bin asy-Syikhkhir.ra berkata, "Ketika aku pergi bersama delegasi Bani `Amir untuk menemui Rasulullah kami berkata kepada beliau, "Engkau adalah sayyid (penguasa) kami!" Spontan Nabi menjawab:
"Sayyid (penguasa) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta'aala!"
Lalu kami berkata, "Dan engkau adalah orang yang paling utama dan paling agung kebaikannya." Serta merta beliau mengatakan:
"Katakanlah sesuai dengan apa yang biasa (wajar) kalian katakan, atau seperti sebagian ucapan kalian dan janganlah sampai kalian terseret oleh syaithan."351
Anas bin Malik.ra berkata, "Sebagian orang berkata ke¬pada beliau, Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera sayyid kami!' Maka seketika itu juga Nabi bersabda:
"Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaithan, aku (tidak lebih) adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku."352
Beliau membenci jika orang-orang memujinya dengan berbagai ungkapan seperti: "Engkau adalah sayyidku, engkau adalah orang yang terbaik di antara kami, engkau adalah orang yang paling utama di antara kami, engkau adalah orang yang paling agung di antara kami." Padahal sesungguhnya beliau adalah makhluk yang paling utama dan paling mulia secara mutlak.
Meskipun demikian, beliau melarang mereka agar menjauhkan mereka dari sikap melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam menyanjung hak beliau.swt, juga untuk menjaga kemurnian tauhid. Selanjutnya beliau mengarahkan mereka agar menyifati beliau dengan dua sifat yang merupakan derajat paling tinggi bagi hamba yang di dalamnya tidak ada ghuluw serta tidak membahayakan `aqidah. Dua sifat itu adalah Abdullaah wa Rasuuluh (hamba dan utusan Allah).
Dinukil dari kitab Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah,
Yasid bin Abdul Qadir Jawas
___________
348. HR. Ahmad (I/215, 347), an-Nasa-i (V/268), Ibnu Majah (no. 3029), Ibnu Khu¬zaimah (no. 2867) dan lainnya, dari Sahabat Ibnu 'Abbas e4S. Sanad hadits ini shahih menurut syarat Muslim. Dishahihkan oleh Imam an-Nawawi dan Syaikhul Islam Ibnu Tairniyyah.
349 HR. Al-Bukhari (no. 3445), At-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Mu¬hammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), Ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Sahabat Umar bin al-Khaththab
351. HR. Abu Dawud (no 4806), Ahmad (IV/24, 25), al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no 211/ Shahiihul Adabil Mufrad no 155), an-Nasa-i dalam cAmalul Yaum wal Lallah (no. 247, 249). Al-Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: "Rawi-rawi¬nya shahih. Dishahihkan oleh para ulama (ahli hadits)." (Fathul Baari V/179)
352 . HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul ftiquad Ahlis Sunnah wal Jamaa'ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sahabat Anas bin Mas'ud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar