Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata dengan perkataan yang baik atau diam."
(HR.Bukhari dan Muslim).
Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah menjelaskan bahwa, "Apabila seseorang ingin berbicara maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataanya tidak akan membawa mudharat maka silakan dia berbicara. Akan tetapi apabila diperkirakan apakah akan membawa mudharat atau tidak (ragu-ragu) maka hendaknya ia tak usah bicara. Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan telinga dari pada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi dua telinga dan satu mulut adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada bicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya. Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
"Sesungguhnya seorang mukmin yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa akibatnya akan membuatnya terjerumus dalam api neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak antara timur dan barat." (HR.bukhari dan Muslim).
Al-Hasan berkata, "Berakhlak baik itu adalah bermuka cerah, ramah dan tidak menyakiti orang lain."
Adz-Dzahabi berkata, "Demikianlah adanya. Kita terkadang melihat seseorang tampak wara' dalam menjaga makanan, pakaian dan pergaulanmya. Namun apabila berbicara, ada hal yang seharusnya tidak disertakan dalam ucapannya namun ia sertakan juga. Adalakanya ia berusaha tetap jujur, namun ia memperbagus ucapannya agar dipuji sebagai orang yang fasih..."
Ibnu As-Sammak berkata, "Binatang buasmu ada di antara kedua bibirmu (lisanmu). Dengan itu kamu bisa memakan (menfitnah) siapa saja yang lewat di depanmu... sesungguhnya ada tiga hal yang menghalangimu untuk tidak menggunjingi mereka;
1. Mungkin engkau menyebut suatu perkara yang ada padamu. Bagaimana menurutmu apa yang akan diperbuat Rabb mu apabila engkau menggunjingi sahabatmu dalam urusan yang ada padamu?
2. Mungkin engkau menyebutnya dengan perkara dimana engkau melakukan kesalahan yang lebih darinya, dimana semua itu bisa membuat sahabatmu jengkel dan marah kepadamu.
3. Mungkin engkau menyebutnya dalam urusan dimana Allah telah memaafkanmu dalam urusan ini. Apakah ini balasan bagi Allah yang telah memaafkanmu?... Sayangilah saudaramu dan pujilah yang telah memaafkanmu."
NB: wahai saudaraku semoga Artikel ini ada hikmahnya,hendaknya kita kalau mau berbicara dan menulis sesuatu harus di pikirkan dulu,krn semua itu akan di minta pertanggung jawabanNya di hadapan Allah swt.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya"
(QS. AL ISRAA':36)
Dalam ayat lain, artinya,
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (QS. QAAF:18)
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata dengan perkataan yang baik atau diam."
(HR.Bukhari dan Muslim).
Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah menjelaskan bahwa, "Apabila seseorang ingin berbicara maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataanya tidak akan membawa mudharat maka silakan dia berbicara. Akan tetapi apabila diperkirakan apakah akan membawa mudharat atau tidak (ragu-ragu) maka hendaknya ia tak usah bicara. Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan telinga dari pada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi dua telinga dan satu mulut adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada bicara. Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya. Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya:
"Sesungguhnya seorang mukmin yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa akibatnya akan membuatnya terjerumus dalam api neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak antara timur dan barat." (HR.bukhari dan Muslim).
Al-Hasan berkata, "Berakhlak baik itu adalah bermuka cerah, ramah dan tidak menyakiti orang lain."
Adz-Dzahabi berkata, "Demikianlah adanya. Kita terkadang melihat seseorang tampak wara' dalam menjaga makanan, pakaian dan pergaulanmya. Namun apabila berbicara, ada hal yang seharusnya tidak disertakan dalam ucapannya namun ia sertakan juga. Adalakanya ia berusaha tetap jujur, namun ia memperbagus ucapannya agar dipuji sebagai orang yang fasih..."
Ibnu As-Sammak berkata, "Binatang buasmu ada di antara kedua bibirmu (lisanmu). Dengan itu kamu bisa memakan (menfitnah) siapa saja yang lewat di depanmu... sesungguhnya ada tiga hal yang menghalangimu untuk tidak menggunjingi mereka;
1. Mungkin engkau menyebut suatu perkara yang ada padamu. Bagaimana menurutmu apa yang akan diperbuat Rabb mu apabila engkau menggunjingi sahabatmu dalam urusan yang ada padamu?
2. Mungkin engkau menyebutnya dengan perkara dimana engkau melakukan kesalahan yang lebih darinya, dimana semua itu bisa membuat sahabatmu jengkel dan marah kepadamu.
3. Mungkin engkau menyebutnya dalam urusan dimana Allah telah memaafkanmu dalam urusan ini. Apakah ini balasan bagi Allah yang telah memaafkanmu?... Sayangilah saudaramu dan pujilah yang telah memaafkanmu."
NB: wahai saudaraku semoga Artikel ini ada hikmahnya,hendaknya kita kalau mau berbicara dan menulis sesuatu harus di pikirkan dulu,krn semua itu akan di minta pertanggung jawabanNya di hadapan Allah swt.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya"
(QS. AL ISRAA':36)
Dalam ayat lain, artinya,
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (QS. QAAF:18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar