Jadwal Sholat

Waktu Sholat untuk 6 Juta Kota Sedunia
Country:
Silahkan baca semoga ada manfaatnya, terima kasih. Semoga Bermanfaat

Jumat, 24 Juli 2009

Siapa Meninggalkan Yang Haram Akan Mendapatkan Yang Halal Atau Allah SWT Ganti Dengan yang baik

Yahya bin Ayyub berkata: "Di Madinah dulu ada seorang pemuda yang sempat membuat Umar bin Khaththab terkagum-kagum. Ceritanya, suatu saat sang pemuda ini berjalan pulang ke rumah setelah shalat Isya'. Tiba-tiba, tampak seorang wanita menghadang di hadapannya. Si wanita menawarkan dirinya. Sang pemuda ternyata termakan juga oleh godaan si wanita. Ketika si wanita berlalu, si pemuda mengekor di belakangnya. Sampai akhirnya dia berada di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba, timbullah perasaan malu di hatinya dan hadirlah ingatannya pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

'Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.' (Al-A'raf: 201).

Kemudian dia pingsan. Si wanita memperhatikannya, tetapi pemuda itu tampak seperti orang yang sudah mati. Dia beserta seorang pembantu perempuan berusaha menggotongnya sampai ke depan pintu rumahnya. Keluarlah ayah si pemuda, terlihat anaknya tergeletak di depan pintu, lalu dia mengangkat dan memasukkannya ke dalam rumah. Setelah siuman, sang ayah bertanya, 'Apa yang terjadi denganmu, hai anakku?!' Tetapi si anak enggan bicara. Setelah dipaksa-paksa barulah dia mau bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi. Saat dia kembali membacakan ayat yang terlintas dalam ingatannya, tiba-tiba menarik nafas panjang dan bersamaan dengan itu keluarlah ruhnya, dia meninggal.

Ketika Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu . mendengar cerita ini, dia berkata, 'Mengapa kalian tidak memberitahuku tentang kematiannya?' Lalu Umar pergi menuju pusaranya, sambil berdiri dia berkata, 'Hai Fulan:

"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhan-nya ada dua surga." (Ar-Rahman: 46).

Tiba-tiba Umar mendengar suara dari dalam pusara itu, 'Allah telah memberikan itu padaku, hai Umar."(1)

Cerita di atas, juga diriwayatkan dengan versi lain. Yaitu, bahwa ada seorang pemuda pada masa Umar bin Khaththab radhiallahu 'anhu yang selalu berada di mesjid dan beribadah. Sementara itu, ada seorang wanita yang jatuh cinta kepadanya, dan si pemuda ini pun menginginkan si wanita itu. Tetapi akhirnya dia ingat dan sadar. Tiba-tiba dia merasa sesak nafas kemudian pingsan. Saat itu datanglah pamannya, lalu dibawalah pemuda tersebut ke rumahnya. Setelah siuman, dia berkata: "Hai paman! Temuilah Umar bin Khaththab, sampaikan salamku kepadanya, dan tanyakan kepadanya, 'apakah balasan untuk orang yang takut saat menghadap Tuhannya?'" Maka disampaikanlah pesan tersebut kepada Umar. Saat Umar datang untuk menjenguknya, dia sudah meninggal, lalu Umar berkata: "Kau akan mendapatkan dua Surga."(2)
Sumber: Al Sofwah.

Meniti Keluarga Sakinah dengan Akhlak Terpuji.

Telah disebutkan di dalam kitab-kitab As-Sunnah seperti kitab Shahih Al-Imam Al-Bukhari, Shahih Al-Imam Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, An-Nasa`i dan selain mereka. Lihat nukilan beberapa riwayat dalam kitab Ash-Shahihul Musnad Min Syama`il Muhammadiyyah. (1/384-420, karya Ummu Abdullah Al-Wadi’iyyah)

1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kelembutan beliau bersama istri-istrinya.
Beliau tidur satu selimut, beliau mandi berduaan dan mencium istrinya sekalipun dalam keadaan berpuasa, serta bercumbu rayu sekalipun dalam keadaan haid, sebagaimana hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha dalam riwayat Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (no. 1807) dari Hafshah radhiyallahu 'anha dan datang pula dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu 'anha diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari (no. 1928) dan Muslim (no. 1851):
كَانَ رَسُولُ اللهِ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ
“Rasulullah mencium (istrinya) dalam keadaan beliau berpuasa.”
Bahkan Ummu Salamah radhiyallahu 'anha (HR. Al-Imam Al-Bukhari no. 322 dan Muslim 444) bercerita kepada Zainab putrinya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menciumnya dalam keadaan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berpuasa, dan beliau radhiyallahu 'anha pernah mandi bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sebuah bejana dalam keadaan junub.
2. Rasulullah menyenangkan istrinya dengan sesuatu yang bukan merupakan maksiat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Sebagaimana riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha: “Aku melihat Rasulullah menutupi aku dengan selendangnya, dan aku melihat kepada anak-anak Habasyah yang sedang bermain di masjid hingga akulah yang bosan.” (HR. Al-Bukhari)
3. Berbincang-bincang bila memiliki kesempatan.
Sebagaimana dalam riwayat dari sahabat 'Aisyah radhiyallahu 'anha: “Rasulullah shalat dalam keadaan duduk dan membaca dalam keadaan duduk. Dan bila masih tersisa dalam bacaannya sekitar 30 atau 40 ayat, beliau berdiri dan membacanya dalam keadaan berdiri. Kemudian beliau ruku’ dan sujud. Dan beliau lakukan hal itu pada rakaat kedua bila beliau menunaikan shalatnya. Jika aku bangun, beliau berbincang-bincang denganku dan bila aku tidur beliau juga tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berlomba lari dengan istrinya.
Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha:
أَنَّهَا كَانَتْ مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي سَفَرٍ قَالَتْ: فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ عَلَى رِجْلَيَّ، فَلَمَّا حَمِلَتِ اللَّحْمُ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي، قَالَ: هَذِهِ بِتِلْكَ السَّبْقَةِ
“Tatkala dia bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah perjalanan, dia berkata: ‘Aku berlomba lari dengan beliau dan aku memenangkannya.’ Tatkala aku gemuk, aku berlomba (lagi) dengan beliau dan beliau memenangkannya. Beliau berkata: “Kemenangan ini sebagai balasan atas kemenanganmu yang lalu.” (HR. Abu Dawud, 7/423 dan Ahmad, 6/39)
5. Khidmat (pelayanan) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam rumah tangga
Diriwayatkan dari Aswad, dia berkata: Aku bertanya kepada Aisyah radhiyallahu 'anha: “Apa yang diperbuat oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di dalam rumahnya?” Dia berkata: “Beliau selalu membantu keluarganya, dan bila datang panggilan shalat beliau keluar menuju shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 676, 5363 dan Ahmad, 6/49)
6. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersenda gurau dengan istrinya, dengan menyebutkan satu sifat yang ada pada diri sang istri, sebagaimana riwayat dari Aisyah radhiyallahu 'anha. (HR. Al-Bukhari no. 5228 dan Muslim no. 4469)
7. Rasulullah menyenangkan istrinya dengan cara minum dari bekas mulut istrinya dan makan dari bekas tempat makan istrinya, sebagaimana riwayat dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha. (HR. Muslim no. 300)
8. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam cemburu melebihi kecemburuan para sahabat beliau.
قَالَ سَعْدُ بْنِ عُبَادَةَ: لَوْ رَأَيْتُ رَجُلاً مَعَ امْرَأَتِي لَضَرَبْتُهُ بِالسَّيْفِ غَيْرَ مُصْفَحٍ. فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صلى الله عيه وسلم فَقَالَ: أَتَعْجَبُونَ مِنْ غِيْرَةِ سَعْدٍ؟ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللهُ أَغْيَرُ مِنِّي
Sa’d bin ‘Ubadah berkata: “Jika aku menjumpai seseorang bersama istriku niscaya aku akan memenggalnya dengan pedang pada sisi yang tajam.” Sampailah ucapan itu kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau bersabda: “Apakah kalian heran dengan kecemburuan Sa’d? Sungguh, aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dariku.” (HR. Al-Bukhari no. 6846 dan Muslim no. 2754)
Beberapa contoh yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas adalah sebagai aplikasi dari wujud taqarrub kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, bukan semata-mata kebahagiaan dunia. Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullahu berkata: “Apabila seseorang mempergauli istrinya dengan cara yang baik, janganlah semata-mata hanya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia semata. Bahkan hendaknya dia berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dengan melaksanakan apa yang diwajibkan atasnya. Masalah ini terlalaikan dari banyak orang. Dia berniat hanya melanggengkan pergaulannya semata dan dia tidak berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Maka hendaklah setiap orang mengetahui bahwa dia sedang melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa ta'ala: ‘Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik’.” (Asy-Syarhul Mumti’, 5/357)

Beberapa Akhlak Menuju Keluarga Sakinah
Setiap orang muslim meyakini tentang kedudukan akhlak dalam kehidupan individu, berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Di sini, ada beberapa akhlak dan adab yang harus ada pada suami-istri, yakni berupa hak di antara keduanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta'ala:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya.” (Al-Baqarah: 228)
1. Keduanya memiliki sifat amanah.
Jangan sekali-kali salah satu dari keduanya mengkhianati yang lain, karena mereka berdua tak ubahnya dua orang yang sedang berserikat, sehingga dibutuhkan amanah, menerima nasihat, jujur dan ikhlas di antara keduanya dalam segala kondisi.
2. Memiliki kasih sayang di antara keduanya.
Sang istri menyayangi suami dan begitu juga sebaliknya, sang suami menyayangi istrinya. Ini merupakan perwujudan firman Allah Subhanahu wa ta'ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Rum: 21)
3. Menumbuhkan rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Jangan sekali-kali terkotori dengan keraguan terhadap kejujuran, amanah, dan keikhlasannya.
4. Lemah lembut, wajah yang selalu ceria, ucapan yang baik dan penuh penghargaan. Hal ini masuk dalam keumuman firman Allah Subhanahu wa ta'ala:
وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
“Bergaullah dengan mereka secara patut.” (An-Nisa`: 19)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Inginkan dan lakukan kebaikan untuk kaum wanita.” (Lihat Minhajul Muslim, 1/102). Wallahu a’lam.

Gerhana Matahari 22 Juli 2009


DSC_0946-1

Gerhana Matahari 26 January 2009 dilihat di Kuala Lumpur

ats_0412009[1]

Gerhana matahari 22 Juli 2009

Tanggal 22 Juli 2009 nanti bumi akan sekali lagi mengalami gerhana matahari total (GMT), namun memang tidak sepenuhnya teramati di Indonesia. Gerhana kali ini tidak melintasi Indonesia, tetapi ini perlu dipakai sebagai pengingat bahwa nanti pada tanggal 9 Maret 2016 akan ada gerhana yang benar-benar melewati Indonesia. Indonesia perlu siap-siap menerima para wisatawan gerhana, ”eclipse hunter”.

Pingin lihat ?
Bagi kawan-kawan di Sumatra bagian utara serta Kalimantan utara dan Sulwesi utara serta Papua, jangan lupa petunjuk melihat gerhana seperti yang pernah ditulis seelumnya disini

Bagaimana gerhana matahari itu terjadi ?

Eclipses_solares.en[2]Gerhana matahari itu terjadi akibat bulan berada segaris dengan matahari, sehingga cahaya matahari tertutupi oleh bulan.

Disebelah kanan ini grafis yang memperlihatkan bagaimana bulan menutupi matahari. Ketika bulan lebih dekat ke bumi maka matahari akan tertutup sepenuhnya yang menyebabkan gerhana matahari total di tengah (A), dan gerhana sebagian di pinggir (A). Sedangkan pada saat bulan agak lebih jauh, maka bulan akan berada ditengah cahaya matahari yang menyebabkan gerhana matahari cincin di bagian tengah (B), dan terlihat gerhana sebagian di pinggirannya (C).

Pada tanggal 22 Juli 2009 akan terlihat seperti gambar kiri, tetapi di Indonesia hanya teramati pinggirannya saja seperti gambar C.

Peristiwa gerhana memang saat ini mudah sekali diramalkan karena pengetahuan astronomi sudah sangat berkembang serta alat-alat pengukuran dan pengamatannyapun sudah semakin canggih. Ma’rufin pernah menuliskan tanggal-tanggal bulan purnama serta bulan mati disini :

Solareclipse22July09

Peta Lintasan Gerhana Matahari Total 22 Juli 2009

Peta lintasan Gerhana Matahari Total pada tanggal 22 Juli nanti seerti disebelah ini. Gerhana Total hanya teramati pada jalur berwarna biru, sedangkan sabuk disepanjang lintasan ini tidak terlihat gerhana penuh, tetapi hanya sebagian seperti dalam foto diatas.

Ma’rufin memberikan gambaran seperti apa yang akan teramati pada tanggal 22 Juli nanti di Indonesia. Hanya Indonesia bagian utara saja yang mungkin bisa mengamati gerhana matahari sebagian ini. Sedangkan di jawa masih terang benderang.

Gerhana_22_July_09

Kenampakan gerhana matahari yang akan terlihat di Indonesia

Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 melewati Indonesia

Kota-kota yang akan dilewati gerhana matahari total (GMT) pada tanggal 9 Maret 2016 .

Bagi yang belum berkesempatan menyaksikan gerhana kali ini, insya Allah tahun 2016 bisa menikmatinya. Karena menurut perhitungan akan ada Gerhana Matahari Total – GMT melewati kota-kota besar Indonesia sepanjang jalur diatas itu.

Nah sekali lagi, momen penting tahun 2016 ini perlu diantisipasi pemerintah daerah yang dilewati sabuk gerhana matahari total ini. Jadi semestinya sudah dapat mulai bersiap-siap dari sekarang. Salah satunya dengan mengiklankan bahwa daerahnya akan dilewati gerhana matahari total di tahun 2016. Bisa jadi, kota-kota ini akan menjadi tujuan wisata astronomi yang menarik. Mempersiapkan lokasi pengamatan, yang mungkin disertai dengan suguhan budaya loka

Patahan-patahan yg membelah Pulau Jawa !



Issue di sms serta imil juga termasuk tulisan di media-media kacangan di Indonesia banyak menyebarkan berita ini. Termasuk adanya sesar-sesar yg bakalan membelah Pulau Jawa. Banyak yang bertanya-tanya benarkah Pulau Jawa akan terbelah ?
Apakah benar itu ilmiah atau spekulasi ataukah provokasi ?
Kalau benar, kapan itu akan terjadi ?

Penelitinya wong Indonesia !

Nah sekarang kita lihat bagaimana sebenernya pengetahuan geologi kita tentang patahan-patahan di Pulau Jawa ini

Dibawah ini adalah uraian ringkas dan santai, bagaimana dan kapan patahan-patahan ini terbentuk. Kalau sebelumnya disini saya cantumkan penelitian dari University of London sehubungan dengan adanya penyebaran imil yg berbahaya itu.

Nah, sekarang saya cuplikkan dari sebuah penelitian ilmiah yg dilakukan oleh para Ahli Geologi Indonesia. Iya, mereka yg meneliti patahan-patahan di Jawa ini semua ahli-ahli kebumian Indonesia. Mereka-mereka ini peneliti kebumian juga walaupun bekerja di Pertamina dan ada yang sebagai pengajar di ITB. Artikel atau paper ini dipresentasikan di Indonesian Petroleum Association tahun 2003. Mereka adalah : Sribudiyani* Indra Prasetya * Nanang Muchsin* Benyamin Sapiie** Rudy Ryacudu* Sukendar Asikin** Triwidiyo Kunto* Agus H. Harsolumakso** Puji Astono* Ivan Yulianto** (* = Pertamina dan ** = ITB).

Pembentukan patahan-patahan di Jawa

70 juta tahun lalu

Indonesia 70 Juta tahun yang lalu

Disebelah ini adalah peta jadul tahun 70juta sebelum masehi. Iya bener 70 juta tahun yang lalu ! Lah mana Pulau Jawa ? Pulau Jawa belum terbentuk, Pulau Jawa belum ada atau belum lahir.
Waddduh … susah ya … kok mereka (ahli geologi) tahu ?
Ya, karena ahli geologi ini sudah lama meneliti Pulau Jawa dan tidak pernah menemukan batuan yg berumur lebih tua dari 50juta tahun lalu, ya artinya Pulau Jawa pada waktu itu belum ada, kan ?

Tuh, lihat Pulau Sulawesi saja masih hanya lengan bawahnya yang terlihat di peta ini. Berati Pulau Sulawesi pada waktu itu masih berbentuk huruf “i” belum membentuk huruf “k” seperti sekarang ini.

Nah, memang beginilah wajah Indonesia 70 juta tahun yang lalu. Coba klik gambar diatas untuk memperbesar dan lihatlah garis-garis lurus itu. Garis itu adalah patahan-patahan atau sesar-sesar yg terbentuk pada kala itu. Tuh, lihat juga bagaimana Pulau Sumatra di cacah-cacah patahan yang berarah utara selatan. Jadi, menurut penelitian ini patahan di Pulau Sumatra terbentuk lebih tua dari Jawa.

35_juta_tahun_lalu.jpgMenurut para ahli bumi ini batuan dasar (atau dikenal dengan nama Basement) di Pulau Jawa terbentuk antara tahun 70-35 juta tahun sebelum masehi. Batuan ini tersusun oleh batuan malihan (matamorfik), serta batuan beku.

Nah, di peta jadul ini bisa dilihat bahwa Jawa Barat usia batuan dasarnya lebih tua dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ya. Mengapa ? Karena basement (batuan dasar) di Jawa Timur tebentuk pada tahap-tahap akhir setelah ditubruk lempeng Australia dan numpuk-numpuk membentuk basement di Jawa Timur.

Ada gempa sejak jutaan tahun lalu

Eh, kira-kira banyak gempa terjadi ngga selama pemebntukannya ? Ya , kalau melihat saat ini saja di dunia ada 5 kali Gempa skala 5 SR sehari, tentusaja selama puluhan-juta tahun itu ada milayaran kali gempa diatas skala 5 SR. Jadi gempa sudah bertalu-talu di daerah ini sejak lama kan ? Ya sama saja seperti hujan yang juga terjadi berjuta-juta kali.

20 juta tahun laluPada tahun 20 juta tahun sebelum masehi, zona tubrukan lempeng Australia dengan lempeng Asia terkunci dan menyebabkan menunjamnya lempeng Australia dibawah lempeng Asia. Penunjaman ini yg berlangsung hingga sekarang dan menyebabkan munculnya gunung-gunung api disebelah barat Pulau Sumatra dan juga sebelah selatan Pulau Jawa.

Pada waktu itu Jawa Tengah dan Jawa Timur berupa lautan …
:( “Looh kok tahu, Pakdhe ?”
Ya, tahu lah …. Kalau kita lihat di selatan Pulau Jawa banyak dijumpai gunung gamping disekitar Wonosari-Wonogiri, kan ? Nah anda tahu ndak bahwa gamping itu dulunya terumbu karang yg hidup dan adanya di laut. Kalau sekarang contohnya ya Pulau Seribu itu atau kalau yg besar ya Great Barier di sebelah timut Australia. Nah, dengan logika yang sederhana seperti itulah maka ahli kebumian ini tahu bahwa pegunungan selatan Jawa, termasuk Batugamping di Wonosari itu, dahulunya adalah lautan. Kalau anda ke Wonosari coba lihat dan amati gamping-gamping itu, mungkin anda dapat menemukan potongan koral atau mungkin juga binatang-binatang laut yg sudah menjadi fosil. Nah anda tahu juga bahwa fosil-fosil itu usianya sudah jutaan tahun … iya kan … simpen saja di rumah dan diberi tulisan aja “batuan ini berusia kira-kira 15 juta tahun yang lalu !“… Asyiik kan ?

Kepulauan Indonesia terbentuk selama puluhan juta tahun

5 Juta tanun laluNah Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau di Indonesia sudah mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah “ditumbuhi” gunung-gunung api yg masih aktif hingga saat ini. Termasuk Gunung Merapi yang sangat aktif kemaren itu. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.

psst …. mas… mas … ada gempa ngga wektu itu ?

Ya tentu saja ada dan buanyak, wong setiap bergeser-geser itu gempa selalu terjadi, taaaapi tidak semua manusia bisa merasakan. Bahkan kalau anda mau tahu, di Jogja masih bergetar looh waupun sudah hampir sebulan lebih berlalu … dengan kekuatan gempa yang hanya 1-2 SR. Gempa-gempa “buntut” ini masih diteliti dan direkam oleh para ahli seismologi utk mengetahui perilakunya. Ya begitulah para peneliti ini, ndak bisa nangkep kepalanya, ya sudah yang buntut-pun masih bisa diteliti. Menarik looh belajar seismologi (ilmu tentang gempa), apalagi membantu masyarakat utk menghindari gempa nantinya.

Mmm … trus … patahan-patahan di Pulau Jawa itu yang sekarang gimana ?
Pingin tahu kan ? …

Dibawah ini kalau kamu klick kamu bisa lihat patahan-patahan di Jawa saat ini dengan lebih detil … wuiih ruame ya patahannya:)
Naah disitu juga bisa terlihat patahan yg diributin kemaren tentang patahan di Jakarta kan ? Iya, memang ada kok. Juga patahan Opak, Patahan Grindulu, Patahan Cimandiri, dan juga patahan-patahan kecil lainnya. Yang digariskan warna merah itu patahan hingga ke batuan dasar, sedangkan yg warna hijau patahan yg terlihat dipermukaan saat ini.

Waaah bisa aktif seperti Jogja nggak ? Lah, ini perlu penelitian, perlu pengkajian, ndak ada … eh belum ada yang bisa meramalkan secara ilmiah. Tapi yg jelas jangan takut lah … ini kan mirip ada panu di punggung kan ? Kalau ngga tahu ya cuek. Tapi kalau dikasi tahu ya jangan panik !

Sebelumnya juga sudah saya tulis tentang bagaimana kegempaan di Jawa, klick saja disini.
Tapi trus apa ya mesti dilakukan ?
Nah paling tidak, kenalilah lingkunganmu.
Kenalilah bumi tempat berpijak ini.
Catat semua peristiwa kebumian supaya tidak terlewatkan generasi penerus nantinya.

Patahan-patahan di jawa
Nah bagaimana dengan issue pulau Jawa terbelah ?
Nah kalau saja lempeng Australia ini terus menubruk Jawa dengan kecepatan rata-rata 7cm pertahun ini, memang bisa saja Pulau Jawa terbelah. Tetapi Jawa akan terbelah itu mungkin akan terjadi 4-5 Juta tahun yang akan datang !
Jadi kenapa takut dengan terbelahnya Jawa ? Wong peramal-peramal itu ya cuman ngawur kok ngomong besok gempa, sudah baca tulisan tentang ini disini, kan ?
episenter gempa Peta seismisitas disebelah ini menunjukkan betapa pulau Jawa dan Sumatra ini merupakan daerah gempa ya ? Tapi jangan takut, tidak semua gempa-gempa ini kamu rasakan. Gempa-gempa dengan kekuatan besar diatas 5SR kalau terjadinya jauuuh didalam bumi sana kita tidak merasakannya dipermukaan. Hanya alat-alat saja yang mencatatnya. Coba lihat Filipina, disana gempa suangat lebih sering karena adanya tubrukan lempeng Pasifik dengan lempeng Asia.

Warna merah gempa dangkal dengan kedalaman 0-69 Km, warna hijau gempa dalam dengan kedalaman pusat gempa antara 70-300 Km. Sedangkan bulat warna biru menunjukkan titik pusat gempa dengan kedalaman 300-700 Km. Ada yang lebih dalam lagi ndak ? Selama ini yg direkam gempa-gempa ini adalah getaran-getaran akibat pergerakan lempeng, dimana penunjaman lempeng ini diperkirakan tidak lebih dari 700 Km.
Nah skali lagi saya beritahu ya, kemungkinan atau peluang anda terkena gempa jauh lebih kecil daripada terkena atau mengalami kecelakaan di jalan raya. Jadi hati-hati menyeberang jalan !. Kalau naik Bis kota Metromini atau angkot harus pegangan dan hati2 dompetnya kecopetan .. upst !!

OK deh, tulisan ini salah satu wacana awal buat siapa saja supaya tahu apa yg terjadi dan apa penjelasan ilmiah tentang gempa yg sudah sering terjadi di Indonesia. Kalau di koran biasanya ngga ada gambarnya kan ? Nah gambar itu boleh di unduh (download) trus dipajang di kamar sebagai pertanda awal mengenal bumi tempat berpijak.

Apa yang kau lihat dari peta seismisitas diatas itu ?

KALIMANTAN !!!
Ya betul Pulau Kalimantan merupakan daerah yg sangat jarang mengalami gempa, namun kenapa kok Kalimantan tidak banyak populasi orangnya ? Bandingkan dengan populasi di Jawa dan Sumatra.

Semua ini saling terkait, salah satunya keterkaitan dengan ketersediaan energi dan sumberdaya alam. Sumatra, Jawa hingga Bali-Nusa tenggara ini tanahnya lebih subur. Energi juga lebih bayak tersedia di daerah Jawa dan Sumatra yang penuh gempa ini. Coba tengok dimana saja terdapatnya minyak dan gas bumi, juga geothermal.

Eh ….. Kalau berpikir untuk 200 tahun kedepan ….. Bagaimana kalau memindahkan ibukota ke Pontianak ?

Sumber : rovicky.wordpress.com
Referensi :

Sribudiyani, Indra Prasetya, Nanang Muchsin, Benyamin Sapiie, Rudy Ryacudu, Sukendar Asikin, Triwidiyo Kunto, Agus H. Harsolumakso, Puji Astono, Ivan Yulianto, 2003, THE COLLISION OF THE EAST JAVA MICROPLATE AND ITS IMPLICATION FOR
HYDROCARBON OCCURRENCES IN THE EAST JAVA BASIN, PROCEEDINGS, INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Twenty-Ninth Annual Convention & Exhibition, October 2003

TANDA-TANDA KIAMAT



Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Tentang datangnya hari Kiamat, maka tidak ada seorang pun yang mengetahui, baik Malaikat, Nabi, maupun Rasul, masalah ini adalah perkara ghaib dan hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang mengetahuinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Mereka bertanya kepadamu tentang Kiamat: ‘Kapankah terjadinya.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah pada sisi Rabb-ku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’” [Al-A’raaf: 187]

Juga firman-Nya:

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari Berbangkit. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Berbangkit itu hanya di sisi Allah.’ Dan tahukah kamu wahai (Muhammad), boleh jadi hari Berbangkit itu sudah dekat waktunya.” [Al-Ahzaab: 63]

Juga ketika Malaikat Jibril Alaihissalam mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bertanya:
“Kabarkanlah kepadaku, kapan terjadi Kiamat?”
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab:
“Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya.” [1]

Meskipun waktu terjadinya hari Kiamat tidak ada yang mengetahuinya, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tanda-tanda Kiamat tersebut. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada ummatnya tentang tanda-tanda Kiamat. Para ulama membaginya menjadi dua: (pertama) tanda-tanda kecil dan (kedua) tanda-tanda besar.

Tanda-tanda kecil sangat banyak dan sudah terjadi sejak zaman dahulu dan akan terus terjadi di antaranya adalah wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, munculnya banyak fitnah, munculnya fitnah dari arah timur (Iraq), timbulnya firqah Khawarij, munculnya orang yang mengaku sebagai Nabi, hilangnya amanah, diangkatnya ilmu dan merajalelanya kebodohan, banyaknya perzinaan, banyaknya orang yang bermain musik[2] , banyak orang yang minum khamr (minuman keras) dan merebaknya perjudian, masjid-masjid dihias, banyak bangunan yang tinggi, budak melahirkan tuannya, banyaknya pembunuhan, banyaknya kesyirikan, banyaknya orang yang memutuskan silaturrahim, banyaknya orang yang bakhil, wafatnya para ulama dan orang-orang shalih, banyaknya orang yang belajar kepada Ahlul Bid’ah, banyaknya wanita yang berpakaian tetapi telanjang[3], dan lain-lainnya. [4]

Banyak sekali dalil tentang hal ini, diantaranya sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Perhatikanlah enam tanda-tanda hari Kiamat: (1) wafatku, (2) penaklukan Baitul Maqdis, (3) wabah kematian (penyakit yang menyerang hewan sehingga mati mendadak) yang menyerang kalian bagaikan wabah penyakit qu’ash yang menyerang kambing, (4) melimpahnya harta hingga seseorang yang diberikan kepadanya 100 dinar, ia tidak rela menerimanya, (5) timbulnya fitnah yang tidak meninggalkan satu rumah orang Arab pun melainkan pasti memasukinya, dan (6) terjadinya perdamaian antara kalian dengan bani Asfar (bangsa Romawi), namun mereka melanggarnya dan mendatangi kalian dengan 80 kelompok besar pasukan. Setiap kelompok itu terdiri dari 12 ribu orang.” [5]

Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda hari Kiamat adalah : diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khamr, dan merajalelanya perzinaan.” [6]

Kemudian munculnya tanda-tanda yang kedua, yaitu tanda-tanda Kiamat yang besar sebagai tanda telah dekatnya hari Kiamat. Penulis khususkan pembahasan tentang sebagian tanda-tanda Kiamat yang besar, karena ada sebagian orang (golongan) yang menolak tentang tanda-tanda besar tersebut berdasarkan akal, ra’yu dan hawa nafsu. Padahal para ulama Ahlus Sunnah sudah membahas permasalahan ini dalam kitab-kitab tafsir, kitab-kitab hadits, dan kitab-kitab ‘aqidah mereka.

Pembahasan mengenai permasalahan ini mengikuti jejak para ulama Ahlus Sunnah dalam kitab-kitab mereka, seperti dalam kitab Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah [7] dan kitab-kitab lainnya.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengimani tentang adanya tanda-tanda Kiamat yang besar (kubra) seperti,[8] keluarnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa Alaihissalam dari langit, Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, dan yang lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabb-mu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengu-sahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya kami pun menunggu (pula).’” [Al-An’aam: 158]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda: (1) penenggelaman permukaan bumi di timur, (2) penenggelaman permukaan bumi di barat, (3) penenggelaman permukaan bumi di Jazirah Arab, (4) keluarnya asap, (5) keluarnya Dajjal, (6) keluarnya binatang besar, (7) keluarnya Ya’juj wa Ma’juj, (8) terbitnya matahari dari barat, dan (9) api yang keluar dari dasar bumi ‘Adn yang menggiring manusia, serta (10) turunnya ‘Isa bin Maryam Alaihissalam.” [8]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, PO BOX 7803/JACC 13340A. Cetakan Ketiga Jumadil Awwal 1427H/Juni 2006M]
_________
Footnotes
[1]. HSR. Muslim (no. 2, 3, 4 dan 8), Abu Dawud (no. 4605, 4697), at-Tirmidzi (no. 2610), Ibnu Majah (no. 63) dan Ahmad (I/52).
[2]. Musik di dalam Islam hukumnya haram, sebagaimana haramnya khamr, zina, perjudian, dan lain-lain.
[3]. Terbukanya aurat termasuk dosa besar.
[4]. Untuk mengetahui lebih lengkap, lihat Asyraathus Saa’ah (hal. 57-235), oleh Dr. Yusuf bin ‘Abdillah al-Wabil.
[5]. HR. Al-Bukhari (no. 3176), dari Sahabat ‘Auf bin Malik z.
[6]. HR. Al-Bukhari (no. 80).
[7]. Lihat Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 499) tahqiq Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
[8]. Untuk lebih lengkapnya lihat an-Nihaayah fil Fitan wal Malaahim karya Ibnu Katsir, tahqiq Ahmad Abdusy Syaafi’, cet. Daarul Kutub al-Ilmiyah 1411 H, Asyraathus Saa’ah oleh Dr. Yusuf al-Wabil, cet. Maktabah Ibnul Jauzi, Qishshatul Masiih ad-Dajjaal wa Nuzuuli ‘Isa Alaihissalam wa Qatlihi Iyyaahu oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany, cet. Maktabah Islamiyyah dan Fashlul Maqaal fii Raf’i ‘Isa Hayyan wa Nuzuulihi wa Qatlihid Dajjaal oleh Dr. Muhammad Khalil Hirras, cet. Maktabah As-Sunnah.
HR. Muslim (no. 2901 (40)), Abu Dawud (no. 4311), at-Tirmidzi (no. 2183), Ibnu Majah (no. 4055), Imam Ahmad (IV/6), dari Sahabat Hudzaifah bin Asiid Radhiyallahu 'anhu dan ini lafazh Muslim. At-Tirmidzi berkata: “Hadits ini hasan shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam Tahqiiq Musnadil Imaam Ahmad (no. 16087).

KePaDa Ibu Muslim

KePaDa Ibu Muslim. ( 1 )

segala puji.semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah,para ke-luarga dan para sahabat beliau,serta kepada orang-orang yang mengikuti jalan dan petunjuk beliau sampai hari pembalasan.selanjutnya saya tulis berapa baris berikut ini untuk setiap ibu yang rela Allah sebagai tuhannya, dan islam sebagai agamanya,dan muhammad s.a.w.sebagai nabinya. saya menulisnya dari hati seorang anak yang saat-saat ini merenungi firman Allah.”dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik- baiknya. jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam memeliharaanmu ,maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ ah’ janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; wahai tuhanku,kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka mendidik aku waktu kecil. ( AL-Isra ;23-24 )”


dan kami perintahkan kepada manusia ( agar berbuat baik ) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapainya dalam 2 tahun. beryukurlah kepadaku dan kedua ibu bapamu . ” (Luqman ;14 )


saya menulis baris-baris ini kepada orang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku.Dari Abu Hurairah r.a. berkata; seseorang datang kepada Rasulullah s.a.w. dan bertanya; ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku ? Beliau Menjawab ; ‘ibumu .”Tanya-nya lagi ? ‘Kemudian siapa ? Beliau Menjawab ; ‘ibumu. Tanya-nya lagi? ‘Kemudian siapa ? Beliau Menjawab ; ‘ibumu. Kemudian tanya lagi; ‘Kemudian siapa ? Beliau menjawab ; ‘Bapakmu.” ( Muttafaq Alaih ).


Wahai ibuku, bagaimanakah saya harus mengungapkan perasaan- perasaan,yang terpendam dalam hati ini ? Tak ada ungkapan yang lebih benar, yang saya dapatkan, kecuali firman Allah SWT ;”
katakanlah; ‘Wahai Tuhanku,kasihilah mereka berdua,sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”(ALIsra;24 )


Wahai Ibuku,jadilah-semoga Allah memberi petunjuk-seorang yang mukminah, yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya.Jadilah seorang yang Rela Allah sebagai Tuhannya,Islam sebagai agamanya, dan Muhammad s.a.w. sebagai nabi dan Rasulnya.Dari AL-Abbas bin Abdul Mutalib r.a.,bahwa Nabi s.a.w. pernah bersabda ;”Telah merasakan nikmatnya iman orang yang Rela Allah sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya,dan Muhammad sebagai Rasulnya.” ( Riwayat Muslim ).


Wahai Ibuku, hendaklah ibu mempersiapkan diri dengan bekal takwa kepada Allah SWT. Allah berfirman;”
dan berbekallah,sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.
”( AL- Baqarah ;197 ).


perhatikanlah Allah setiap saat,baik ibu dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan. Allah SWT Berfirman;‘’sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yangtersembunyi di bumi dan tidak ( pula ) di langit. ( Ali Imran ;5 ).


Wahai Ibuku, sinarilah seluruh kehidupan ibu dengan sinar Qur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w. karena di dalam keduanya terdapat kebahagian di dunia dan akhirat. dan hindarilah,wahai ibuku,dari perbuatan yang mengikuti hawa nafsu,karena Allah SWT berfirman;

”Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari tuhannya sama dengan orang yang (telah dijadikan oleh syetan ) memandang perbuatan yang buruk itu sebagai perbuatan baik dan mengikuti hawa nafsunya. ( muhammad ; 14 )


Hendaklah akhlak ibu adalah Qur’an. Dari Aisyah r.a. berkata; ”Akhlak Nabi s.a.w. adalah Qur’an”Wahai Ibuku, jadilah suri teladan yang baik untuk anak-anak ibu,dan berhati-hatilah jangan sampai mereka melihat ibu melakukan perbuatan yangmenyimpang dari perintah Allah SWT dan Rasul- Nya karena anak-anak biasanya banyak terpengaruh oleh ibunya.Wahai ibuku. jadilah ibu sebagai isteri shalehah yang paling nikmat bagi sang suami, agar anak-anak ibu dapat terdidik dengan pertolongan Allah dalam suatu rumah yang penuh kebahagiaan suami istri.


Wahai ibuku,saya wasiatkan-semoga Allah menjaga ibu dari segala kejahatan dan kejelekan-agar ibu memperhatikan pendidikan kuncup-kuncup mekar dari anak-anak ibu dengan pendidikan islam, karena mereka merupakan amanat dan tanggung jawab yang besar bagi ibu, maka peliharalah mereka dan berilah hak pembinaan mereka. Allah SWT berfirman;
”Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah dan janjinya.
( AL-Mu’minun;8 )

Kepada IBu Muslim. (2)

Rasulullah s.a.w. bersabda;’’setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. ( Muttafaq Alaih )

Wahai ibuku, agar rumah ibu merupakan contoh yang ideal dan benar bagi rumah keluarga muslim, tidak terlihat di dalamnya seuatu yang di haramkan dan tidak pula terdengar suatu kemungkaran, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan penuh keimanan, mempunyai akhlak yang baik, dan jauh dari setiap tingkah laku yang tidak baik.

Wahai ibuku,jadilah ibu-semoga Allah memberi taufiq kepada ibu untuk setiap kebaikan sebagai isteri yang dapat bekerjasama dengan suami ibu dalam memahami problematika dan kesulitan yang dihadapi anak-anak, dan bersama-sama mencarikan upaya penyelesaiannya dengan cara yang benar. Hendaknya ibu bersama bapak mempunyai peranan yang besar dalam memilihkan teman-teman yang baik untuk mereka, dan menjauhkan mereka dari teman-teman yang tidak baik.perhatikan penjagaan mereka, agar terjauhkan dari sarana yang merusak akhlak mereka,karena kita sekarang berada pada zaman yang penuh dengan penganjur kerusakan, baik dari golongan manusia maupun dari golongan jin. perhatikan sungguh-sungguh perkawinan putera-puteri ibu bapak pada masa lebih awal dan bantulah mereka,karena perkawinan itu akan lebih menjaga mata dan keselamatan sexsual mereka,
dimana Rasulullah s.a.w. telah menunjukkan hal itu;”wahai seluruh kaum remaja,barangsiapa diantara kamu telah mempunyai kemampuan maka menikahlah, karena hal itu lebih selamat untuk mata dan kelamin. Dan barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, karena itu merupakan obat baginya. ” ( Muttafaq Alaih )


Wahai ibuku,peliharahlah shalat lima waktu pada waktunya masing-terutama shalat fajar, Allah SWT berfirman;
”Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” ( An-Nisa;103 ).

Usahakan untuk selalu khusyu’ dalam shalat. Allah SWT berfirman;
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ( yaitu )orang-orang yang khusyudalam shalatnya. ( AL-Mi’minun;1-2 ).


dan dengan itu, ibu menjadi suri teladan yang baik bagi putera-puteri ibu.Wahai ibuku,jadilah suri teladan yang baik bagi putera-puteri ibu dalam keteguhan memakai hijab syar’i yang sempurna,terutama tutup wajah.Hal itu sebagai ketaatan kita pada perintah Sang Pencipta langit dan bumi dalam firman Nya;”Hai Nabi,katakanlah kepada isterimu,puteri-puterimu para istri orang-orang mukmin,agar mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. yang demikian itu supanya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak di ganggu.Dan Allah adalah maha Pengampun lagi Maha penyayang.”( AL-Ahzab;59 )


Wahai ibuku,hendakanya rasa malu merupakan akhlak yang ibu miliki,karena demi Allah malu itu termasuk dari iman. Dari Ibnu Umar r.a., bahwa Rasulullah s.a.w.pernah melewati seorang dari kaum Anshar yang sedang menasehati saudaranya tentang rasa malu, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda;” biarkan dia, karena sesungguhnya malu itu dari iman.”
( Muttafaq Alaih ).


Wahai ibuku,hendaknya do’a kepada Allah merupakan senjata bagi ibu dalam mengarungi kehidupan ini, dan bergembiralah dengan akan datangnya kebaikan, karena Tuhan telah menjanjikan kita dengan firman-nya;”Dan Tuhanmu berfirman;’Berdo’alah kepada-Ku,niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”( AL-Mu’min;60 )

Dari An-Nu’man bin Basyir r.a. dari
Nabi s.a.w. bersabda; do’a adalah ibadah.”
( riwayat Abu Daud,dan Tirmidzi,dan katanya; Hadist Hasan shahih ).
saya tulis dari kitab, syekh YUSUF BIN ABDULAH AT-TURKY

Kepada Allah aku mohonkan agar menjaga ibu dengan penjagaan-Nya
membahagiakan ibu di dunia dan akhirat,dan mengumpulkan kita, ibu-ibu kita,bapak-bapak kita,dan seluruh kaum muslimin dan muslimat di syurga-Nya yang nikmat. sesungguhnya Tuhanku maha Dekat,maha mengabulkan dan Mendengar do’a. AMIN YA ALLAH AMIN.
semoga ini bisa menjadi Renungan bagi Putri muslimah ,yang kelak akan menjadi seorang Ibu.

Ikhlas Lillahi Ta'alaa


YA, SAYA IKHLAS. Begitu yang kita ucapkan manakala suatu ketika kurang berkenan dengan kelakuan seorang teman, ikhlas memaafkan. Hati yang dongkol terobati, dan teman yang bersalah hilang rasa bersalahnya. Persahabatan kembali terjalin normal.

Ikhlas berarti: (dengan) hati yang bersih (jujur); tulus hati. Mengikhlaskan memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan. Pendefinisian sedemikian dalam praktik kehidupan sudah benar dengan sendirinya. Kalau teman meminjam buku, misalnya, buku yang dipinjam hilang atau robek, kita memaafkan, merelakan dengan tulus. Itulah Ikhlas.

Ikhlas, dalam pengertian ibadah kepada Allah SWT lebih dalam dan lebih tinggi. Dalam beribadah, ikhlas berarti tidak ada peruntukkan selain kepada Allah SWT. Murni, tulus, hanya kepada Allah AWT. Tidak ada selain itu. Tujuan tunggal itulah yang diistilahkan Al-Quran dengan ikhlas.

Jangankan dalam beribadah, mengadu kepada Allah SWT dengan setulus hati, misalnya ketika otak dan rasa sudah demikian membeban, semua kita serahkan kepada Yang Mahakuasa, apa yang dirasakan? Kedamaian. Menurut petuah ulama, kalaulah hati lagi gundah-gelana, berwuduk tengah malam, hamparkan sajadah, sholat malam total berserah diri, hanya satu yang kita peroleh; damai di hati. Itu dalam meminta.

Nikmat tak terhingga tentunya dalam beribadah. Kita sholat, kita puasa, kita bersedekah, dengan hanya dan demi Allah SWT semuanya menjadi sempurna. Dalam pandangan ‘biasa-biasa’ saja, ada yang mempertanyakan tidak logis menyerahkan nyawa atau megorbankan nyawa orang lain karena Allah SWT.

Faktor Penyebab Tidak Terkabulnya Doa


Dikisahkan bahwa suatu hari, Ibrahim bin Ad-ham RAH melintas di pasar Bashrah, lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya seraya berkata, “Wahai Abu Ishaq, apa sebab kami selalu berdoa namun tidak pernah dikabulkan.?”

Ia menjawab, “Karena hati kalian telah mati oleh 10 hal:

Pertama, kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
Ke-dua, kalian mengaku cinta Rasulullah SAW tetapi meninggalkan sunnahnya.
Ke-tiga, kalian membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya.
Ke-empat, kalian memakan nikmat-nikmat Allah SWT tetapi tidak pernah pandai mensyukurinya.
Ke-lima, kalian mengatakan bahwa syaithan itu adalah musuh kalian tetapi tidak pernah berani menentangnya.
Ke-enam, kalian katakan bahwa surga itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya.
Ke-tujuh, kalian katakan bahwa neraka itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak mau lari darinya.
Ke-delapan, kalian katakan bahwa kematian itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah menyiapkan diri untuknya.
Ke-sembilan, kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain tetapi lupa dengan aib sendiri.
Ke-sepuluh, kalian kubur orang-orang yang meninggal dunia di kalangan kalian tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari mereka.”

(SUMBER: Mi’ah Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundi, Juz.II, hal.94)
www.alsofwah.or.id

Takut dan Harap

Berkata Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisy dalam bukunya Mukhtashar Minhajil Qashidin : Keutamaan segala sesuatu sesuai dengan dukungannya dalam meraih kebahagiaan, yaitu bertemu Allah Ta'ala (di Surga), serta dekat kepadaNya. Segala yang mendukung kepada tercapainya kebahagiaan tersebut, maka itu adalah suatu keutamaan.

Allah Ta'ala berfirman yang maknanya,
Dan bagi orang yang takut saat menghadap Rabbnya ada dua surga 1447. (QS. 55:46)
1447. Yang dimaksud dengan "dua surga" di sini ialah surga untuk manusia dan surga untuk jin. Ada juga ahli tafsir yang berpendapat surga dunia dan surga akhirat.

Dan Allah Ta'ala berfirman yang maknanya,
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya. (QS. 98:8)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang maknanya,
" Allah 'Azza wa Jalla berfirman : demi KeagunganKu demi KemuliaanKu, Aku tidak akan menyatukan pada seorang hamba dua rasa takut, dan Aku tidak akan menghimpun padanya dua rasa aman. Jika dia merasa aman kepadaKu di dunia, Aku akan membuatnya takut di hari kiamat. Dan jika dia takut kepadaKu di dunia, Aku akan membuatnya aman di hari kiamat."

Dari 'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda yang maknanya,
"Dua mata tidak akan disentuh api neraka : Mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan Mata yang terjaga malam2 dalam mengawasi musuh saat perang fii sabilillah"

Ketahuilah pula, bahwa jika ada yang berkata : Mana yang lebih utama, Takut atau Harap?
Maka itu seperti perkataan : Mana yang lebih utama, Roti atau Air?

Dan jawabannya : bagi orang yang lapar roti lebih baik, sedangkan untuk orang haus air lebih baik. Jika keduanya bersatu, dilihat yg lbh dominan. Jika sama2 tkt lapar dan hausnya, maka roti dan air setara kebaikannya.

Khauf dan Rajaa adalah dua obat yg dengannya qalbu2 tersembuhkan. Maka keutamaan keduanya tergantung penyakit yang ada di qalbu. Jika yg dominan di qalbu merasa aman dari rencana Allah (QS. 7:99), maka Khauf (Takut) lebih utama. Sedangkan jika banyak maksiat sehingga putus asa dari rahmat Allah, maka Rajaa (Harap) lebih utama. Namun secara keseluruhan boleh juga dikatakan bahwa : Khauf lebih utama dari Rajaa, karena secara umum lbh banyak org yg tertipu penyakit "aman".

Akan tetapi jika dilihat dari sisi nilainya, Rajaa lbh bernilai dari Khauf. Krn Rajaa berharap pada Rahmat Allah, sedangkan Khauf adalah Takut pada Murka Allah. (Sedangkan RahmatNya lebih besar dari KemarahanNya -pen.).

Adapun orang yang bertaqwa, maka sebaiknya seimbang antara Takut dan Harap.Jika dikatakan : Semua orang masuk Surga kecuali satu orang, hendaknya dia takut menjadi yang satu itu. Jika dikatakan : Semua orang masuk Neraka kecuali satu orang, hendaknya dia berharap dirinyalah orang tersebut.

Jika ditanyakan : Bagaimana Takut diseimbangkan dengan Harap pada diri orang yang beriman, padahal dengan ketaqwaannya, bukankah seharusnya Harap lebih dominan?

Jawabnya : karena kita tidak tahu apakah ketaqwaan tersebut diterima Allah, sehingga selalu harus menyertakan rasa takut dalam beramal baik (QS. 23:60-61).

Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Hudzaifah radhiyallahu 'anhu : Apakah aku termasuk orang munafiq? Semata-mata disebabkan takutnya ada sifat2 munafiq pada dirinya. Dan aib tersebut tersembunyi darinya.

Maka Takut yang terpuji adalah yang mendorong Amal, dan mengingatkan Qalbu agar tidak cenderung pada keduniaan.

Adapun ketika datang kematian, maka yang terbaik baginya adalah Rajaa. Karena Khauf seperti cambuk untuk beramal, sedangkan setelah mati tiada amal lagi, maka Khauf kurang bermanfaat menjelang kematian. Bahkan melemahkan qalbu. Sedangkan Rajaa pada keadaan ini akan menguatkan qalbu. Dengan Rajaa dia jadi makin cinta pada Allah, karena tiada seorang pun layak meninggalkan dunia ini kecuali dalam keadaan Cinta pada Allah Ta'ala, cinta untuk berjumpa denganNya, berbaik sangka kepadaNya.

Sulaiman At Taimiy berkata ketika menjelang ajal : ceritakan padaku tentang hal2 yang meringankan (rukhshah), supaya aku berjumpa dengan Allah dalam keadaan berbaik sangka kepadaNya.

Kesimpulan : Senantiasa perkuatlah rasa Takut atas Harap agar terus terdorong meningkatkan amal kebaikan (QS. 23:60-61), kecuali saat dosa-dosamu membuatmu putus asa atau saat hampir berakhir kesempatanmu 'tuk beramal.

Dari catatan Ust. Abuyahya (Narasumber)

Bagi Yang Melalaikan Shalat Subuh



Bismillah,

Banyaknya manusia yang lalai dari sholat Subuh, baik dalam pelaksaannya maupun dalam mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengannya, telah menimbulkan berbagai dampak negatif dalam kehidupan masyarakat muslim. Maka berikut ini kami ketengahkan beberapa fatwa Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin -Salah seorang ulama besar Saudi Arabia- rahimahullâh berkaitan dengan sholat Subuh. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.


Soal 1 :

Apakah lebih baik memanjangkan sholat shubuh, khususnya (memanjangkan) bacaannya ?

Jawab:

Ya, termasuk sunnah dalan sholat shubuh hendaknya memanjangkan bacaannya. Dan hendaknya dari bacaan yang panjang diambil dari surat-surat Mufashshal yaitu dari surah Qaaf sampai Amma (An-Naba`,-pent) kemudian memanjangkan bacaannya, demikian pula memanjangkan ruku’ dan sujudnya lebih dari yang lainnya.


Soal 2 :

Seorang lelaki terkena junub beberapa menit sebelum sholat shubuh, apakah dia tayamum atau mandi ? Jika mandi, barangkali dia akan kehilangan sholat shubuh (berjama’ah, -pent), perlu diketahui bahwa sholat telah ditegakkan.

Jawab :

Wajib baginya untuk mandi sekalipun kehilangan sholat berjama’ah, karena mandi dari junub termasuk syarat sahnya sholat menurut kesepakatan (para ulama). Adapun sholat berjama’ah wajib dan tidak mungkin bertentangan dengan syarat yang wajib.


Soal 3 :

Jika sekelompok orang dalam perjalanan (safar), kemudian salah satu dari mereka terkena junub, apakah dia harus mandi atau tayamum, perlu diketahui bahwa waktunya pendek dan saat itu musim dingin yang sangat menusuk, apa yang mesti dilakukan ?

Jawab :

Jika mengkhawatirkan akan dirinya dari bahaya jika harus mandi, atau air hanya sedikit yang mereka butuhkan untuk minum dan masak, maka dia boleh tayamum. Dan jika air itu banyak atau mungkin bisa menjaga dingin dengan menjerangnya dan mandi di tempat yang terjaga dari hawa dingin, maka wajib baginya untuk mandi.


Soal :

Banyak dari para imam yang terus menerus membaca beberapa surah yang di dalamnya ada ayat sajadah khususnya hari jum’at, apakah hal itu ada dasarnya atau tidak ?

Jawab :

Adapun membaca ayat-ayat yang di dalamnya ada ayat sajadah maka tidak mengapa untuk membacanya, berdasarkan firman Allah Ta’âlâ,

“Karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur`ân.” (QS. Al-Muzzammil : 20)

Adapun membaca ayat sajadah pada hari jum’at, maka yang disyari’atkan adalah hendaknya seseorang membaca, Alif Laam Miim Tanzil yakni surah As-Sajadah pada raka’at pertama dan Hal Atâ ‘Alal Insân (Yaitu surah Al-Insân,-pent.) pada raka’at yang kedua. Bukanlah yang dimaksud dengan Alif Laam Miim Tanzil adalah surah yang di dalamnya ada ayar sajadah tapi yang dimaksudkan adalah surah (As-Sajadah) itu sendiri. Jika mudah baginya untuk membaca (surah As-Sajadah) pada raka’at pertama dan pada Hal Atâ ‘Alal Insân raka’at kedua, maka inilah yang disyari’atkan. Kalau tidak, maka janganlah menyengaja membaca surat yang di dalamnya ada ayat sajadah sebagai ganti dari surat As Sajadah.


Soal 5 :

Banyak orang yang mereka memiliki kesiapan yang sempurna untuk menunaikan sholat subuh, kemudian meletakkan semua sebab namun tidak juga menunaikan sholat, maka apa yang mesti kita nasehatkan terhadap orang-orang seperti mereka? Apa hukum sholatnya setelah dia bangun? Apa dia berdosa?

Jawab :

Wajib baginya untuk mengerjakan semua sebab yang menjadikannya dia mengikuti sholat shubuh dengan berjama’ah, diantaranya dengan tidur lebih awal, karena sebagian orang suka terlambat tidur dan mereka tidak tidur kecuali menjelang shubuh kemudian tidak mampu untuk bangun sekalipun sudah memasang jam weker dan menyuruh orang untuk membangunkannya. Oleh karena itu, kami menasehati dia dan orang yang seperti dia agar mereka tidur lebih awal sehingga bisa bangun dengan mudah dan mengikuti sholat berjama’ah.

Adapun apakah dia berdosa ? Ya, dia berdosa jika sebabnya adalah hal seperti ini, baik karena keterlambatan tidur atau karena meninggalkan kehati-hatian untuk bisa bangun maka dia berdosa.


Soal 6 :

Sekelompok orang dalam rihlah atau safar, kemudian mereka semua tertidur dari sholat shubuh dan tidak bangun kecuali setelah matahari terbit, apakah mereka mengqadha’ sholat dengan berjama’ah atau sendiri-sendiri ? Apakah imam mengeraskan bacaannya, sementara mereka menunaikannya pada saat seperti ini ?

Jawab :

Ya, jika ditaqdirkan mereka sekelompok orang dalam safar dan semua tertidur dan tidak bangun kecuali setelah matahri terbit, maka hendaknya mereka berjalan dulu dari tempat mereka berada, kemudian wajib dikumandangkan adzan dan sholat sunnah rawatib fajar kemudian iqamah dan mereka menunaikan sholat secara berjama’ah dan imam mengeraskan bacaannya sebagaimana telah dikerjakan oleh Rasulullah shollallâhu ‘alaihi wa sallam.


Soal 7 :

Ada sebagian orang yang memberi perhatian khusus sholat shubuh berjama’ah hanya di bulan Ramadhan saja dan tidak mengerjakannya di bulan yang lain, apa nasehat anda kepada mereka ?

Jawab :

Saya nasehatkan kepada mereka agar bertaqwa kepada Allah Ta’âlâ dalam semua waktunya baik di bulan Ramadhan atau di bulan yang lainnya karena manusia diperintahkan untuk beribadah kepada Allah Ta’âlâ sampai maut mendatanginya, Allah Ta’âlâ berfirman,

“ Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al Hijr : 99)


Soal 8 :

Apa hukum orang yang luput baginya sholat shubuh secara berjama’ah karena membangunkan anak-anaknya ? Apa nasehat anda ?

Jawab :

Saya nasehatkan agar membangunkan anak-anaknya sebelum adzan sehingga bisa menunaikan sholat berjama’ah, tidak halal baginya untuk meninggalkan sholat berjama’ah lantaran membangunkan anak-anaknya. Jalan keluarnya adalah dengan membangunkan mereka lebih awal dalam tempo yang bisa untuk membangunkan mereka dan mendapatkan sholat berjama’ah. Adapun membiarkan mereka sampai terdengar adzan kemudian bangkit membangunkan mereka, maka terkadang anaknya banyak dan tidurnya lelap maka ini berarti sikap ceroboh darinya.


Soal 9 :

Apa hukum orang yang menunaikan semua sholat (dengan berjama’ah) kecuali sholat shubuh ?

Jawab :

Dia berdosa dengan meninggalkan sholat shubuh berjama’ah, wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’âlâ dan menunaikan sholat shubuh dengan berjama’ah. Maka dikhawatirkan dengan kumunafikan pada orang yang seperti itu keadaannya karena Nabi shollallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَثْقَلُ الصَّلَوَاتِ عَلَى الْمُنَافِقِيْنَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sholat yang paling berat terhadap orang-orang munafiqin adalah sholat Isya’ dan sholat Subuh, jika mereka mengetahui (keutamaan) apa yang ada pada keduanya (yakni sholat Isya’ dan sholat Subuh) pasti mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (Muttafaq ‘alaih)


Soal 10 :

Apakah imam masjid bertanggung jawab dengan sholat berjawab ? Apa nasehat anda kepadanya ?

Jawab :

Tidaklah imam masjid bertanggung jawab dengan jama’ahnya, namun hendaknya dia mengingatkan mereka dengan nasehat dan bimbingan. Baik nasehat itu bersifat umum yang dia berbicara terhadap mereka di masjid atau secara khusus dimana ketika melihat sesorang menggampangkan (sholat berjama’ah) kemudian dia datangi dan menasehatinya, maka dia bertanggung jawab terhadap mereka dalam hal yang berkaitan dengan sholat. Artinya hendaknya dia mengerjakan dalam sholatnya dengan cara yang lebih sempurna, tidak terburu-buru yang menghalangi mereka untuk melakukan hal-hal yang disyari’atkan.


Soal 11 :

Apa hukum orang yang tertidur dari sholat Isya’ kemudian bangun untuk sholat shubuh dan menunaikannya, namun di tengah-tengah sholatnya dia ingat belum mengerjakan sholat Isya’, apakah dia menyempurnakan sholat subuhnya atau apa yang musti dikerjakan ?

Jawab :

Ya, dia menyempurnakan sholat shubuhnya kemudian sholat Isya’.


Soal 12 :

Apakah cukup dengan adzan pertama untuk mengerjakan sholat shubuh sebelum waktunya ?

Jawab :

Tidak cukup dengan adzan pertama untuk mengerjakan sholat shubuh, karena adzan untuk sholat itu tidak dikerjakan kecuali setelah masuk waktunya, karena Nabi shollallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا حَضَرَتِ الصّلَاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدَكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْثَرَكُمْ قُرْآنًا

“Jika sudah tiba waktu sholat maka hendaknya salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan dan mengimami kalian yang paling banyak (hafalan) Al-Qur`annya.”


Soal 13 :

Apa hukum orang yang memasang jadwal waktu kerja resmi dan sholat shubuh dalam waktu tersebut, baik itu jam tujuh atau jam setengah tujuh, apakah dia berdosa, bagaimana hukum sholatnya ?

Jawab :

Dia berdosa dalam perbuatannya itu tanpa ada keraguan dan dia termasuk orang yang lebih mementingkan dunia mengalahkan akhiratnya. Allah Ta’âlâ telah mengingkarinya dalam firman-Nya,

“Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’lâ : 16-17)

Sholatnya yang seperti ini tidak akan diterima dan bisa lepas dari tanggung jawabnya, kelak dia akan dihisab karenanya pada hari kiamat maka wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’âlâ dan hendaknya sholat bersama kaum muslimin kemudian tidur setelah itu sampai waktu kerja resminya.


Soal 14 :

Apa nasehat anda secara umum kepada semua laki-laki dan perempuan?

Jawab :

Saya nasehatkan kepada setiap muslim untuk menjaga sholat shubuhnya dan sholat-sholatnya yang lain karena sholat merupakan tiang agama yang merupakan ibadah yang paling pokok setelah mengucapkan dua kalimah syahadat. Barang siapa meninggalkannya maka dia telah kafir dan barang siapa yang menyia-nyiakannya maka dia dalam bahaya. Allah Ta’âlâ berfirman,

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dantidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam : 59-60)

Maka jika mereka bertaubat dan beramal shalih, diharapkan mereka termasuk orang-orang yang mendapatkan janji dari Allah Ta’âlâ dengan firman-Nya,

“Maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam : 60)


Soal 15 :

Seorang laki-laki luput baginya sholat subuh berjama’ah bersama kaum muslimin, apakah dia sholat rawatib atau cukup sholat shubuh saja ? Perlu diketahui bahwa jama’ah sudah keluar dari masjid.

Jawab :

Dia dahulukan sunnah (rawatib) dari sholat yang wajib (shubuh) karena rawatibnya sholat shubuh adalah sebelum mengerjakan sholat shubuh, sekalipun orang-orang yang sholat telah keluar dan sekalipun telah keluar dari waktunya.


Soal 16 :

Jika orang-orang menunaikan sholat ‘Idul Fitri di tempat sholat shubuh maka apakah makan beberapa butir kurma sebelum sholat shubuh atau lebih utama pulang kepada keluarganya kemudian membuat langkah baru untuk menunaikan sholat ‘ied ?

Jawab :

Jika tidak mungkin untuk pulang, kita katakan : Jangan keluar dari rumah sampai makan dahulu karena keluarmu dari rumah dengan menunaikan sholat shubuh dan sholat ‘ied.


Soal 17 :

Jika seorang muadzin lupa mengucapkan “Ash-Sholâtu Khairun Minan Naum” apa yang mesti dia lakukan ?

Jawab :

Jika seorang muadzin lupa mengucapkan “Ash-Sholâtu Khairun Minan Naum” maka yang dikenal oleh para ulama bahwa adzannya sah, karena ucapan “Ash-Sholâtu Khairun Minan Naum” dalam adzan shubuh itu hukumnya sunnah bukan wajib dengan dalil bahwa Abdullah bin Zaid radhiyallâhu ‘anhu ketika melihat adzan dalam tidurnya, beliau melihatnya dan tidak ada lafadz ini maka ucapan ini adalah tidak wajib dan jika dikumandangkan oleh sesorang dalam adzan shubuh setelah masuk waktu shubuh maka itu lebih utama dan jika tidak melafadzkannya maka tidak mengapa.


Soal 18 :

Sesorang ketinggalan satu raka’at dari sholat shubuh, apakah dia menyempurnakan dengan jahr (bacaan keras) atau sirr (bacaan pelan) ?

Jawab : Dia boleh memilih, namun lebih utama untuk menyempurnakannya dengan sirr karena barangkali ada orang lain yang menunaikannya maka akan mengganggunya jika dikeraskan bacaannya.


Soal 19 : Saya duduk (di dalam masjid,-pent) sampai terbit matahari dan belum mengerjakan sholat sunnah sebelum shubuh, apakah cukup dengan mengerjakan sholat sunnah Isyraq tanpa mengerjakan sholat sunnah sebelum shubuh ?

Jawab : Apakah kita katakan sampai Isyraq atau sampai Syuruq? Syuruq adalah terbitnya matahari sebelum naik sampai sepenggalah dan Isyraq adalah menyebarnya cahaya matahari. Yang jelas jika kamu menunaikan sholat Isyraq maka itu belum mencukupi dari mengerjakan sholat sunnah sebelum shubuh dan jika mengerjakan sholat sunnah sebelum shubuh ini juga tidak mencukupi, karena zhahirnya adalah seorang muslim mengerjakan dua raka’at khusus untuk Isyraq dan hal ini lebih hati-hati. Maka dia mengerjakan sholat sunnah fajar kemudian sholat sunnah Isyraq.


Soal 20 :

Saya mendengar hadits –Wallähu A’lam- yakni,

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ جَلَسَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةً تَامَّةً تَامَّةً

“Barang siapa yang sholat shubuh berjama’ah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit kemudian sholat dua raka’at maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna dan sempurna.”

Pertanyaan : Apakah hadits ini shahih atau lemah? Mudah-mudahan Allah membalas anda dengan kebaikan.

Jawab :

Hadits ada syahidnya dalam shahih Muslim bahwa Nabi shollallâhu ‘alaihi wa sallam jika sholat shubuh beliau duduk di tempat sholatnya sampai terbit matahari adalah hasan, namun yang ada dalam shahih tidak menyebutkan bahwa Nabi shollallâhu ‘alaihi wa sallam sholat sesudah itu. Dan hadits yang disebutkan oleh penanya adalah tidak mengapa dan sanadnya adalah hasan.

Syaikh Ibnu Utsaimin

Sumber : http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Fatwa&article=85

Hiasi Dirimu dengan Malu


Semoga Allah Ta’ala senantiasa merahmatimu, saudariku… Malu, demikianlah nama sebuah sifat yang sangat lekat ketika kita berbicara tentang wanita. Maka beruntunglah engkau saudariku ketika Allah menciptakanmu dengan sifat malu yang ada pada dirimu! Karena apa? Hal ini tidak lain karena malu adalah bagian dari iman.


Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seorang Anshar yang sedang menasehati saudaranya karena sangat pemalu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu adalah bagian dari Iman.” (HR. Bukhari Muslim)

Hakikat rasa malu itu adalah sebuah akhlak yang memotivasi diri untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan membentengi diri dari kecerobohan dalam memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Seorang muslimah akan menjauhkan dirinya dari larangan Allah dan selalu menaati Allah disebabkan rasa malunya kepada Allah yang telah memberikan kebaikan padanya yang tidak terhitung.

Perintah yang Dibawa oleh Setiap Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara yang didapat manusia dari kalimat kenabian terdahulu ialah: Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.” (HR. Bukhari)

Yang dimaksud dengan “kalimat kenabian terdahulu” ialah bahwa rasa malu merupakan akhlaq yang terpuji dan dipandang baik, selalu diperintahkan oleh setiap nabi dan tidak pernah dihapuskan dari syari’at para nabi sejak dahulu.

Dalam hadits ini disebutkan, “Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.” Kalimat ini mengandung 3 pengertian, yaitu:

1. Berupa perintah: Jika perbuatan tersebut tidak mendatangkan rasa malu, maka lakukanlah. Karena perbuatan yang membuat rasa malu jika diketahui orang lain adalah perbuatan dosa.
2. Berupa ancaman dan peringatan keras: Silahkan kamu melakukan apa yang kamu suka, karena azab sedang menanti orang yang tidak memiliki rasa malu. Berbuat sesuka hati, tidak peduli dengan orang lain.
3. Berupa berita: Lakukan saja perbuatan buruk yang kamu tidak malu untuk melakukannya.

Malu? Siapa yang punya?

Sifat malu ada dua macam, yaitu:

1. Malu yang merupakan watak asli manusia

Sifat malu jenis ini telah menjadi fitrah dan watak asli dari seseorang. Allah menganugerahkan sifat malu seperti ini kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Memiliki sifat malu seperti ini adalah nikmat yang besar, karena sifat malu tidak akan memunculkan kecuali perbuatan yang baik bagi hamba-hamba-Nya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Imran Ibn Hushain radhiyallahu’anhu: “Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari Muslim)

2. Malu yang diupayakan (dengan mempelajari syari’at)

Al-Qurthubi berkata, “Malu yang diupayakan inilah yang oleh Allah jadikan bagian dari keimanan. Malu jenis inilah yang dituntut, bukan malu karena watak atau tabiat. Jika seorang hamba dicabut rasa malunya, baik malu karena tabiat atau yang diupayakan, maka dia sudah tidak lagi memiliki pencegah yang dapat menyelamatkannya dari perbuatan jelek dan maksiat, sehingga jadilah dia setan yang terkutuk yang berjalan di muka bumi dalam wujud manusia.”

Hati-Hati terhadap Malu yang Tercela

Saudariku, ketahuilah bahwa ada malu yang disebut malu tercela, yaitu malu yang menjadikan pelakunya mengabaikan hak-hak Allah Ta’ala sehingga akhirnya dia beribadah kepada Allah dengan kebodohan. Di antara malu yang tercela adalah malu bertanya masalah agama, tidak menunaikan hak-hak secara sempurna, tidak memenuhi hak yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk hak kaum muslimin.

Nah, saudariku, kini engkau tahu! Meskipun malu adalah tabiat dasar seorang wanita, sifat ini tidak boleh menghalangimu untuk berbuat kebaikan. Berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan sampai engkau menjadi wanita yang paling mulia di sisi Allah! Wallahu a’lam.

Maraaji’:

1. Syarah Hadits Arba’in Imam Nawawi
2. Tarjamah Riyadhus Shalihin Jilid 2 Imam Nawawi, Takhrij: Syaikh M. Nashiruddin Al-Albani.
3. Buletin Tuhfatun Nisa: Rufaidah.
Penulis: Ummu Salamah Farosyah

Masuk Surga Tanpa Hisab dan Tanpa Adzab


Diriwayatkan dari Hushain bin Abdurrahman, dia mengatakan :
Dahulu aku duduk di dalam majelis Sa’id bin Jubair. Sa’id mengatakan, “Siapakah di antara kalian yang tadi malam melihat bintang jatuh?”. Aku jawab, “Aku.”

Lalu kukatakan kepadanya, “Namun saat itu aku tidak sedang mengerjakan shalat. Aku terbangun karena tersengat binatang berbisa.” Sai’d berkata, “Lalu apa yang kamu lakukan?”. Aku jawab, “Aku meminta ruqyah.” Sai’d mengatakan, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu?”. Maka aku katakan, “Sebuah hadits yang diriwayatkan kepada kami oleh Asy-Sya’bi.”

Sa’id mengatakan, “Apa yang dia riwayatkan kepada kalian?”. Aku jawab : Dia membawakan riwayat dari Buraidah bin Al-Hushaib (yang isinya) Nabi bersabda, “Tidak ada ruqyah yang lebih manjur melainkan untuk menyembuhkan ‘ain atau karena sengatan.”

Sa’id berkata, “Sungguh baik orang yang bersikap mengikuti hadits yang dia dengar. Namun ada hadits lain yang diriwayatkan kepada kami oleh Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi bersabda,

“Ketika itu (peristiwa isra’, pen.) ditampakkan kepadaku umat-umat terdahulu. Ketika itu aku dapat melihat ada seorang nabi disertai dengan sekelompok pengikut. Ada nabi yang disertai dengan satu dan dua pengikut, bahkan ada nabi yang tidak disertai oleh pengikut. Kemudian tiba-tiba ditampakkan kepadaku sebuah umat yang jumlahnya sangat banyak. Aku mengira mereka itu adalah umatku. Maka dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa bersama kaumnya.” Lalu aku melihat sekelompok besar manusia dan dikatakan kepadaku, “Inilah umatmu dan bersama mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.” Kemudian Nabi bangkit dari tempat duduknya lantas masuk ke dalam rumah.

Para sahabat pun mulai membicarakan hal itu (70 ribu orang tersebut). Sebagian di antara mereka berkata, “Barangkali mereka itu adalah orang-orang yang menjadi sahabat dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Sebagian lagi mengatakan, “Bisa jadi mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga Islam dan sama sekali tidak pernah melakukan syirik kepada Allah.” Mereka pun banyak mengemukakan dugaannya masing-masing.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan memberitahukan kepada mereka, “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak berobat dengan kay (besi panas), tidak bertathayyur (menganggap sial), dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” Maka Ukasyah bin Mihshan bangkit dan berkata, “Doakanlah kepada Allah agar saya termasuk di antara mereka.” Nabi menjawab, “Kamu termasuk di antara mereka.” Kemudian ada orang lain yang bangkit seraya berkata, “Berdoalah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka itu.” Maka Nabi menjawab, “Ukasyah telah mendahuluimu.” (HR. Bukhari [3410] Muslim [220] Tirmidzi [2448] Darimi [2810] dan Ahmad [1/271])

Pelajaran dari hadits
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadits ini :

1. Keutamaan kaum salaf, mereka melihat tanda-tanda alam yang ada di langit bukan sekedar sesuatu yang biasa namun mereka melihatnya sebagai tanda kebesaran Allah
2. Semangat kaum salaf dalam mencapai keikhlasan dan begitu kerasnya upaya mereka untuk menjauhkan diri dari riya’
3. Meminta dalil atas kebenaran suatu pendapat dan perhatian kaum salaf terhadap dalil
4. Disyariatkannya bersikap mengikuti dalil serta mengamalkan ilmu yang diketahui, dan menunjukkan bahwa orang yang mengerjakan dalil yang sampai kepadanya telah berbuat yang semestinya
5. Menyampaikan ilmu dengan cara yang lembut dan bijak
6. Bolehnya ruqyah
7. Bimbingan kepada orang yang mengambil suatu perkara yang disyariatkan supaya dia mengambil sesuatu yang lebih utama
8. Keutamaan Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal itu tampak dengan ditampakkannya umat-umat kepada beliau
9. Para nabi itu bertingkat-tingkat dalam hal jumlah pengikut mereka
10. Bantahan bagi orang yang berdalil dengan suara mayoritas orang dan mengira bahwa kebenaran itu pasti bersama mereka
11. Yang wajib dilakukan adalah mengikuti kebenaran walaupun yang mengikutinya hanya sedikit
12. Keutamaan Musa ‘alaihis salam dan kaumnya
13. Keutamaan umat ini dan mereka merupakan umat yang terbanyak dalam mengikuti nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam
14. Keutamaan merealisasikan tauhid dan besarnya pahalanya
15. Bolehnya berdebat dalam masalah ilmu dan membahas dalil-dalil syari’at untuk mencari faidah dan menampakkan kebenaran
16. Kedalaman ilmu kaum salaf dan pemahaman yang mereka miliki bahwa orang-orang yang disebut di dalam hadits tersebut tidak bisa mencapai kedudukan yang mulia ini kecuali dengan sebab amalan
17. Semangat kaum salaf untuk kebaikan dan berlomba-lomba beramal salih
18. Meninggalkan ruqyah dan kay termasuk perealisasian tauhid
19. Boleh meminta doa kepada orang yang lebih utama ketika dia masih hidup
20. Salah satu mukjizat kenabian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu ketika beliau memberitakan bahwa Ukasyah termasuk golongan tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, hal itu terbukti dengan mati syahidnya Ukasyah dalam peperangan melawan orang-orang murtad, semoga Allah meridhainya
21. Keutamaan Ukasyah bin Mihshan radhiyallahu’anhu
22. Bolehnya menggunakan sindiran dan kebaikan akhlak nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tampak ketika beliau tidak menyatakan kepada orang yang bertanya satunya, ‘Kamu bukan termasuk mereka’.
23. Menutup celah keburukan, yaitu agar tidak ada orang lain yang meminta hal serupa padahal dia tidak berhak menerimanya, oleh karena itu permintaan orang yang terakhir ditolak [oleh Nabi], wallahu a’lam.

[dinukil dari Al-Mulakhkhash fi Syarh Kitab At-Tauhid, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal. 33, 36-38]

http://abu0mushlih.wordpress.com/2008/12/09/keajaiban-tauhid/#more-270

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

5. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

6. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

7. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' radhiallahu'anhu., bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

8. Orang - orang yang berinfak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

9. Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

10. Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

11. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily radhiallahu'anhu., bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
artikel kiriman akh Budi Aribowo

HUKUM ORANG (LAKI-LAKI) YANG MEMANJANGKAN PAKAIAN/CELANA (ISBAL)


(Fatawa Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah)

Tanya: Saya seorang pemuda berumur 20 tahun yang selalu mengerjakan shalat 5 waktu dan membaca Al-Qur’an, serta perintah2 Tuhan yang lain, hanya saja masih ada yang mengganjal di benak saya, yaitu bahwa pakaian yang biasa saya pakai itu panjang. Namun saya tidak berniat sombong dan takabur dengan pakaian itu, atau hal-hal lain yang membuat Tuhan murka. Berkali-kali saya mencoba untuk memotong pakaian saya, akan tetapi tatkala saya ingin melakukannya, saya berkata dalam hati, “Selama saya tidak berniat sombong atau selain itu, maka insya Allah hal itu tidak berdosa…”
Saya mohon kepada Syaikh agar memberi jawaban yang memuaskan dalam masalah ini.

Jawab;
Pertanyaan ini mengandung dua masalah: yang pertama adalah, laki-laki ini memuji dirinya sendiri bahwa ia orang yang taat kepada perintah Allah dan menyukai apa yang diridhai-Nya.Saya berharap agar pujian terhadap dirinya ini termasuk dalam menyebut (mensyukuri) nikmat Allah, bukan termasuk tazkiyatun-nafsi (menyucikan diri sendiri atau mengatakan dirinya suci). Hal itu karena orang-orang yang menyebut-nyebut (membicarakan) dirinya sendiri bahwa ia selalu taat kepada Allah tidak lepas dari dua kemungkinan: yang pertama adalah, bisa jadi ia menyucikan dirinya sendiri dan menunjukkan perbuatannya kepada Tuhannya. Hal ini sangat berbahaya dan bisa membatalkan perbuatannya, karena Allah telah melarang para hamba-Nya untuk menyucikan diri mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“…maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS 53: 32)

Kemungkinan kedua adalah, bisa jadi apa yang ia lakukan termasuk menyebut-nyebut (mensyukuri) nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala agar hal tersebut diikuti oleh teman-temannya. Ini adalah hal yang terpuji, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (QS 93: 11)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Barangsiapa menjadi pelopor kebaikan dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahala dari kebaikan yang dilakukannya, dan ia juga akan memperoleh pahala dari orang-orang yang mengikuti mengamalkannya dengan tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya tersebut…” (HR. Muslim)

Adapun masalah kedua, yaitu tentang pertanyaannya mengenai memanjangkan pakaian dan menurunkannya sampai di bawah mata kaki yang ia anggap sebagai sesuatu yang dibolehkan selama ia tidak berniat sombong dan takabur, maka jawaban untuk pertanyaan ini adalah bahwa hal itu DIHARAMKAN. Bahkan menurut zhahir nash, hal itu termasuk DOSA BESAR, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Setiap kain (sarung, gamis atau celana) yang berada di bawah mata kaki tempatnya adalah di neraka.” (HR. Bukhari).

Hadits ini mutlaq dan tidak di-taqyid (dibatasi) oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sombong atau takabur; dan ia tidak bisa dijadikan muqayyad, karena hukum antara orang yang menurunkan pakaiannya karena sombong dengan orang yang hanya menurunkan pakaiannya tetapi tidak sombong itu berbeda.

Para ahli ilmu telah menyebutkan bahwa mutlaq tidak bisa dijadikan (ditafsirkan) muqayyad, kecuali bila hukum pada keduanya satu. Hendaknya saudara memperhatikan perbedaan hukum antara keduanya, yaitu: orang yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong, maka Allah tidak akan berbicara dengannya pada hari kiamat, tidak akan melihatnya serta tidak akan menyucikannya, dan orang tersebut akan memperoleh siksa yang pedih. Hal ini sebagaimana telah diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, dan Dia tidak akan melihat mereka serta tidak akan menyucikan mereka, dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.” Sabdanya ini diulang 3 kali, maka Abu Dzar berkata, “Mereka termasuk orang-orang yang merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “(Yaitu) orang yang memanjangkan pakaiannya…dan orang yang suka mengungkit kebaikan (pemberian)nya, serta orang yang jual-beli barang dengan sumpah dusta.” (HR. Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam hadits ini bahwa hukuman bagi orang yang memanjangkan pakaiannya adalah Allah tidak akan mengajaknya bicara, tidak akan mengasihinya serta tidak akan menyucikan (membersihkan dosa-dosa)nya, bahkan ia akan menerima adzab yang pedih. Hadits ini mutlaq, akan tetapi di-taqyid oleh Nabi dengan sabdanya yang lain, yaitu, “Barangsiapa memanjangkan pakaiannya diiringi dengan perasaan sombong, maka kelak di hari kiamat Allah tidak akan mengasihinya.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa-i).

Nabi telah men-taqyid-nya dengan sombong dan berkata bahwa Allah tidak akan mengasihinya, dan ini adalah sebagian siksa yang telah disebutkan dalam hadits Abu Dzar. Oleh karena itu, hadits Abu Dzar yang mutlaq ditafsirkan atas hadits ini yg muqayyad.

Jadi, hukuman atau siksa bagi orang yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong adalah lebih besar daripada orang yang hanya menurunkan pakaiannya tanpa rasa sombong, karena hukuman bagi orang yang hanya menurunkan kainnya sampai di bawah mata kaki adalah bahwa ia akan disiksa di neraka. Adapun orang yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong, maka siksanya adalah lebih berat, yaitu tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan dilihat-Nya dan tidak akan disucikan (dibersihkan dosa-dosa)nya oleh Allah, dan ia akan mendapat siksa yang pedih.

Berdasarkan perbedaan ini, maka kita bisa mengetahui bahwa mutlaq tidak bisa ditafsirkan muqayyad dan hal itulah yg sesuai dengan kaidah yang telah disebutkan oleh para ahli ushul fiqh, dan hal itu juga sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an. Penjelasan masalah tersebut adalah, bahwa Allah telah menyebutkan dalam ayat thaharah tentang wudhu bahwa membasuh dua tangan adalah sampai kepada dua siku, dalam ayat, “Hai orang2 yg beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata-kaki…” (QS 5: 6)

Dalam ayat tersebut, Allah telah men-taqyid dua tangan sampai siku dalam hal membasuhnya. Dia juga berfirman tentang tayamum, yaitu, “…Dan jika kamu junub, maka mandilah; dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah wajahmu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS 5: 6)

Dalam ayat ini, Allah tidak men-taqyid tangan sampai siku dan tidak menjadikan hukum tayamum seperti hukum wudhu, hal itu karena hukum keduanya berbeda. Wudhu berhubungan dengan 4 anggota tubuh, sedangkan tayamum dengan 2 anggota tubuh. Dalam wudhu, sebagian cara bersucinya dengan membasuh dan sebagiannya lagi dengan mengusap. Dalam tayamum, bisa menghilangkan hadats besar maupun kecil, sedangkan hadats besar dan kecil adalah berbeda jika bersucinya dengan memakai air.

Oleh karena itu, hukum tayamum yang mutlaq tidak boleh ditafsirkan atas hukum wudhu yang muqayyad.

Dalil atas hal tersebut adalah, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari cara bertayamum kepada Ammar bin Yasir, maka beliau memukul bumi dengan kedua tangannya satu pukulan, kemudian menyapu anggota yg kiri pada anggota sebelah kanan. Beliau juga mengusap telapak tangannya sebelah luar dan wajahnya, dan dalam hal ini (tayamum) Nabi tidak mengusap tangannya sampai siku. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa kaidah yang telah ditetapkan oleh para ahli ushul fiqh adalah kaidah baku yang sesuai dengan dalil2 Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah dan jauhilah apa yang diharamkan oleh Allah dalam berpakaian, karena sesungguhnya melakukan apa yang diharamkan oleh Allah dalam berpakaian adalah termasuk kufur nikmat.

Allah telah mengisyaratkan hal ini ketika Dia menyebutkan dalam firman-Nya bahwa Dia telah menurunkan pakaian yang menutupi aurat dan pakaian yang indah untuk perhiasan kepada hamba-Nya. Dalam hal ini Allah telah mengisyaratkan agar manusia wajib memperhatikan nilai-nilai ketakwaan, dalam ayat, “…dan pakaian takwa, itulah yang paling baik…” (QS 7: 26)

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa bertakwa kepada Allah adalah hal yg wajib bagi setiap muslim, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Hai orang2 yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepaa-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS 3: 102).

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah dikunjungi oleh seorang pemuda dari golongan Anshar yang memakai pakaian sampai menyeret ke tanah, yaitu ketika beliau sakit karena terkena tikaman. Ketika pemuda tersebut beranjak pergi, maka Umar memanggilnya dan berkata kepadanya, “Wahai anak saudaraku, tinggikanlah pakaianmu, karena hal itu lebih bertakwa kepada Allah dan lebih mengawetkan pakaiannmu!” Dalam lafazh yg lain disebutkan ”Serta lebih membersihkan pakaianmu.”

Apa yang telah disebutkan oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu tentang meninggikan pakaian mengandung dua faedah yang besar, yaitu:
1. Tentang bertakwa kepada Allah yang balasannya adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi sebagaimana dalam firman-Nya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS 3: 133)
2. Lebih mengawetkan pakaian. Karena apabila pakaian menyeret di tanah, maka tanah itu akan memakannya sehingga bagian bawah pakaian tersebut akan rusak sedikit demi sedikit. Di samping itu, pakaian juga akan lebih bersih, karena jika pakaian itu menyeret di tanah, maka pakaian tersebut akan kotor.

Saya ingin member nasehat kepada penanya – semoga Allah memberkatinya – dan juga kepada orang-orang yang menghadapi masalah ini; hendaknya kalian meminta perlindungan kepada Allah – baik untuk diri kalian maupun untuk masyarakat – dan hendaknya kalian mengingatkan manusia – baik dengan hati maupun lisan – yang tidak menutup aurat mereka serta yang takut dengan pakaian yang panas atau dingin, sehingga hal itu menyebabkan mereka bersyukur terhadap nikmat Allah dan mematuhi hukum-hukum-Nya dalam hal berpakaian, karena pakaian adalah nikmat yang telah diberikan Allah kepada hamba-Nya. Hanya Allah-lah yang bisa dimintai pertolongan.

(Fatawa Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah)

Sekedar tambahan:
Sebagian kaum muslimin berkata, "Tidak apa-apa mengenakan kain/celana di bawah mata-kaki (isbal) asal tidak berniat untuk sombong."

Mereka ini mungkin belum tahu bahwa perbuatan tersebut menurut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mengandung unsur-unsur kesombongan meskipun tidak berniat untuk sombong.

Dari potongan sebuah hadits yang sangat panjang, diriwayatkan dari Jabir bin Sulaim, yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Berpesanlah kepadaku." Maka beliau bersabda: "Janganlah engkau mencaci-maki orang". Maka sejak itu aku tidak pernah mencaci-maki siapapun, baik orang terhormat ataupun rakyat jembel dan tidak pula terhadap hewan seperti unta atau domba."Dan (pesan kedua) janganlah mengabaikan kebaikan sedikitpun, berkatalah kepada saudara/temanmu dengan wajah berseri (ramah) sebab itu semua termasuk kebaikan. Dan (pesan ke-3) tinggikanlah pakaianmu hingga ke pertengahan betis atau setidaknya pada mata kaki, dan hati-hatilah jangan sampai menjulurkannya ke bawah mata-kaki sebab hal itu MENGANDUNG UNSUR KESOMBONGAN, dan Allah tidak suka pada kesombongan..." (HR. Abu Daud - Tirmidzi)

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu, katanya: "Aku pernah berjalan di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (di luar shalat) sedang sarungku agak ke bawah, lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Hai Abdullah, angkatlah sarungmu." Maka kuangkat segera sarungku. Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; "Kurang tinggi." Maka aku mengangkatnya lebih tinggi lagi. Dan sesudah itu aku terbiasa menjaganya seperti yang ditunjuki beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Setengah masyarakat ada yang beertanya kepadanya: "Sampai batas mana tingginya?" Jawabnya: "Sampai pertengahan betis." (HR. Muslim)

Lihatlah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak bertanya terlebih dahulu apakah ada niat sombong atau tidak. Sebagai seorang sahabat, Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu pun langsung mentaati tanpa perlu berkata: "Aku tidak berniat sombong." Dan tanpa bertanya, “Kenapa?”

-----------------------------------------------------------
* Sekilas biografi Syaikh Al-'Utsaimin rahimahullah:

Beliau adalah Abu Abdillah, Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin Al-Muqbil Al-Wuhaibi At-Tamimi . Dilahirkan di kota ‘Unaizah, salah satu kota besar yang berada di wilayah Qashim, pada tanggal 27 Ramadhan 1347 H, dalam lingkungan keluarga yang dikenal agamis dan istiqamah.
Beliau belajar Al-Qur’an dan menghafalnya dari sebagian anggota keluarga besarnya sendiri, seperti kepada kakeknya dari pihak ibu, yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali Damigh . Kemudian beliau menuntut berbagai ilmu, di antaranya yaitu Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Hisab, Kaligrafi, Seni Sastra, dll. Di antara guru-gurunya yang lain yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi, Syaikh Ali bin Hamad Ash-Shalihi, Syaikh Abdurrahman bin Ali bin Audan.

Di antara jabatan yang pernah dipegang adalah:
1. Guru Besar Aqidah di Fakultas Syariah dan Ushuluddin, Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud.
2. Rektor Universitas Islam ‘Unaizah.
3. Imam dan Khatib Masjid Raya Unaizah.
4. Imam dan Khatib Al-Jami’ Al-Kabir (Masjid Raya) Riyadh.
5. Pengajar ilmu agama di Masjidil Haram setiap bulan Ramadhan dan penceramah umum pada setiap musim haji.

Sebagai da’i dan ulama, karya tulisnya berjumlah lebih dari 50 buku, dan sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa. Murid-muridnya datang dari berbagai penjuru dunia. Semoga Allah Ta'ala merahmatinya dan menjadikan ilmunya bermanfaat untuk seluruh kaum muslimin, Allahumma amin.

Abu Muhammad Herman
islam Pictures, Images and Photos

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.





Semoga Allah mengampuni dosa dosa kita dan menunjuki jalan Kebenaran