Akhir-akhir ini sering kita dengar bahwa orang-orang yang dikejar-kejar oleh aparat akibat aksi terorisme adalah sosok orang-orang yang rajin ke masjid, mengenakan busana muslimah (baca: cadar), dan memakai celana/pakaian di atas mata kaki (tidak isbal) sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi. Ringkasnya, mereka yang terlibat jaringan teroris itu rata-rata adalah orang yang dianggap punya semangat beragama dan aktif dalam kegiatan agama semacam sholat berjama’ah dan pengajian.
Pembaca sekalian, semoga Allah menetapkan kita di atas kebenaran. Sebenarnya Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah agama yang indah dan sempurna. Bagaimana tidak? Islam mengajarkan kepada umatnya untuk beribadah hanya kepada satu sesembahan yang benar saja yaitu Allah Rabb yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Sementara agama-agama yang lain menyeru manusia untuk beribadah kepada thaghut/sesembahan selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak menguasai walaupun hanya setipis kulit ari. Oleh karena itulah, agama segenap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah di atas muka bumi ini adalah satu, dan itu tidak lain adalah tauhid. Allah ta’ala berfirman,
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36)
Dengan demikian, menjadi seorang muslim yang benar-benar bertauhid adalah cita-cita semua orang, jika mereka benar-benar ingin meraih kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Kenapa demikian? Sebab tidaklah Allah ta’ala mengutus para rasul di atas muka bumi ini melainkan untuk membimbing mereka untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu Allah mengaitkan antara ketaatan kepada Allah dan rasul dengan keberuntungan dan kemenangan. Allah ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia pasti akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 71)
Maka hakikat orang yang sukses itu adalah yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara, ketaatan paling agung di dalam Islam itu tidak lain adalah mewujudkan tauhid dan melenyapkan kemusyrikan dari dalam diri mereka. Dengan tauhid itulah seorang hamba akan mendapatkan karunia dari Allah berupa surga. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan sama sekali tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim/musyrik itu.” (QS. al-Ma’idah: 72)
Model Islam ‘Pengecut’
Apabila kita tengok sejarah umat Islam di masa Nabi dan para sahabat, kita dapati memang ada sebagian orang yang rajin sholat berjama’ah di masjid, namun untuk sholat-sholat tertentu saja yaitu selain sholat Subuh dan ‘Isyak. Di masa itu belum ada listrik dan penerangan seperti masa sekarang. Sehingga orang-orang yang tidak menghadiri jama’ah sholat Subuh dan ‘Isyak tidak ketahuan siapa saja, karena keadaan gelap. Mereka itu tidak lain adalah kaum munafikin, yang jasadnya bersama kaum muslimin namun hati mereka bersama orang-orang kafir. Orang-orang munafik memang memiliki ‘program’ untuk menebarkan keragu-raguan di tengah barisan umat Islam. Di antara tipu daya mereka adalah dengan menampakkan kebersamaan di satu sisi, namun di sisi lain mereka menggerogoti kekuatan kaum muslimin dari dalam. Inilah model Islam ‘pengecut’ yang mereka tawarkan.
Nah, pada jaman kita sekarang ini pun terrnyata model Islam semacam itu masih ada. Mereka yang mempropagandakan liberalisme Islam, bahwa seorang muslim itu tidak boleh fanatik kepada ajaran agamanya, seorang muslim tidak boleh menganggap orang di luar Islam sebagai orang kafir, seorang muslim harus meyakini bahwa kebenaran itu ada pada semua agama, oleh sebab itu surga –dalam persepsi mereka- itu tidak hanya dihuni oleh orang Islam saja (baca: pengikut Rasulullah), namun siapa saja berhak masuk surga asalkan mereka beriman kepada Allah (baca: meyakini adanya Allah) dan hari akhir (baca: masa depan, kata mereka). Inilah kerancuan pemahaman yang ingin mereka sebar luaskan di tengah-tengah kaum muslimin, agar kaum muslimin terlepas dari ajaran agamanya sedikit demi sedikit hingga akhirnya Islam tinggal nama. Maka -harapan mereka- seorang muslim, tak ada lagi bedanya dengan seorang penyembah berhala. Dia tidak sholat, tidak berjama’ah di masjid, tidak mengenakan jilbab, laki-lakinya tidak memelihara jenggot, meniru gaya hidup orang kafir dan menjadi manusia berwatak binatang yang cita-citanya adalah memuaskan hawa nafsu perut dan beberapa senti di bawah perut. Inilah yang mereka dambakan siang dan malam!
Lebih lengkap, silakan baca di link berikut:
http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/08/13/jadi-muslim-kenapa-takut/
Pembaca sekalian, semoga Allah menetapkan kita di atas kebenaran. Sebenarnya Islam yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah agama yang indah dan sempurna. Bagaimana tidak? Islam mengajarkan kepada umatnya untuk beribadah hanya kepada satu sesembahan yang benar saja yaitu Allah Rabb yang menciptakan dan memelihara alam semesta. Sementara agama-agama yang lain menyeru manusia untuk beribadah kepada thaghut/sesembahan selain Allah, sesuatu yang sama sekali tidak menguasai walaupun hanya setipis kulit ari. Oleh karena itulah, agama segenap Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah di atas muka bumi ini adalah satu, dan itu tidak lain adalah tauhid. Allah ta’ala berfirman,
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36)
Dengan demikian, menjadi seorang muslim yang benar-benar bertauhid adalah cita-cita semua orang, jika mereka benar-benar ingin meraih kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Kenapa demikian? Sebab tidaklah Allah ta’ala mengutus para rasul di atas muka bumi ini melainkan untuk membimbing mereka untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu Allah mengaitkan antara ketaatan kepada Allah dan rasul dengan keberuntungan dan kemenangan. Allah ta’ala berfirman,
“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia pasti akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar.” (QS. al-Ahzab: 71)
Maka hakikat orang yang sukses itu adalah yang benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sementara, ketaatan paling agung di dalam Islam itu tidak lain adalah mewujudkan tauhid dan melenyapkan kemusyrikan dari dalam diri mereka. Dengan tauhid itulah seorang hamba akan mendapatkan karunia dari Allah berupa surga. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan sama sekali tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zalim/musyrik itu.” (QS. al-Ma’idah: 72)
Model Islam ‘Pengecut’
Apabila kita tengok sejarah umat Islam di masa Nabi dan para sahabat, kita dapati memang ada sebagian orang yang rajin sholat berjama’ah di masjid, namun untuk sholat-sholat tertentu saja yaitu selain sholat Subuh dan ‘Isyak. Di masa itu belum ada listrik dan penerangan seperti masa sekarang. Sehingga orang-orang yang tidak menghadiri jama’ah sholat Subuh dan ‘Isyak tidak ketahuan siapa saja, karena keadaan gelap. Mereka itu tidak lain adalah kaum munafikin, yang jasadnya bersama kaum muslimin namun hati mereka bersama orang-orang kafir. Orang-orang munafik memang memiliki ‘program’ untuk menebarkan keragu-raguan di tengah barisan umat Islam. Di antara tipu daya mereka adalah dengan menampakkan kebersamaan di satu sisi, namun di sisi lain mereka menggerogoti kekuatan kaum muslimin dari dalam. Inilah model Islam ‘pengecut’ yang mereka tawarkan.
Nah, pada jaman kita sekarang ini pun terrnyata model Islam semacam itu masih ada. Mereka yang mempropagandakan liberalisme Islam, bahwa seorang muslim itu tidak boleh fanatik kepada ajaran agamanya, seorang muslim tidak boleh menganggap orang di luar Islam sebagai orang kafir, seorang muslim harus meyakini bahwa kebenaran itu ada pada semua agama, oleh sebab itu surga –dalam persepsi mereka- itu tidak hanya dihuni oleh orang Islam saja (baca: pengikut Rasulullah), namun siapa saja berhak masuk surga asalkan mereka beriman kepada Allah (baca: meyakini adanya Allah) dan hari akhir (baca: masa depan, kata mereka). Inilah kerancuan pemahaman yang ingin mereka sebar luaskan di tengah-tengah kaum muslimin, agar kaum muslimin terlepas dari ajaran agamanya sedikit demi sedikit hingga akhirnya Islam tinggal nama. Maka -harapan mereka- seorang muslim, tak ada lagi bedanya dengan seorang penyembah berhala. Dia tidak sholat, tidak berjama’ah di masjid, tidak mengenakan jilbab, laki-lakinya tidak memelihara jenggot, meniru gaya hidup orang kafir dan menjadi manusia berwatak binatang yang cita-citanya adalah memuaskan hawa nafsu perut dan beberapa senti di bawah perut. Inilah yang mereka dambakan siang dan malam!
Lebih lengkap, silakan baca di link berikut:
http://abu0mushlih.wordpre
Tidak ada komentar:
Posting Komentar