YA, SAYA IKHLAS. Begitu yang kita ucapkan manakala suatu ketika kurang berkenan dengan kelakuan seorang teman, ikhlas memaafkan. Hati yang dongkol terobati, dan teman yang bersalah hilang rasa bersalahnya. Persahabatan kembali terjalin normal.
Ikhlas berarti: (dengan) hati yang bersih (jujur); tulus hati. Mengikhlaskan memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan. Pendefinisian sedemikian dalam praktik kehidupan sudah benar dengan sendirinya. Kalau teman meminjam buku, misalnya, buku yang dipinjam hilang atau robek, kita memaafkan, merelakan dengan tulus. Itulah Ikhlas.
Ikhlas, dalam pengertian ibadah kepada Allah SWT lebih dalam dan lebih tinggi. Dalam beribadah, ikhlas berarti tidak ada peruntukkan selain kepada Allah SWT. Murni, tulus, hanya kepada Allah AWT. Tidak ada selain itu. Tujuan tunggal itulah yang diistilahkan Al-Quran dengan ikhlas.
Jangankan dalam beribadah, mengadu kepada Allah SWT dengan setulus hati, misalnya ketika otak dan rasa sudah demikian membeban, semua kita serahkan kepada Yang Mahakuasa, apa yang dirasakan? Kedamaian. Menurut petuah ulama, kalaulah hati lagi gundah-gelana, berwuduk tengah malam, hamparkan sajadah, sholat malam total berserah diri, hanya satu yang kita peroleh; damai di hati. Itu dalam meminta.
Nikmat tak terhingga tentunya dalam beribadah. Kita sholat, kita puasa, kita bersedekah, dengan hanya dan demi Allah SWT semuanya menjadi sempurna. Dalam pandangan ‘biasa-biasa’ saja, ada yang mempertanyakan tidak logis menyerahkan nyawa atau megorbankan nyawa orang lain karena Allah SWT.
Ikhlas berarti: (dengan) hati yang bersih (jujur); tulus hati. Mengikhlaskan memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati; merelakan. Pendefinisian sedemikian dalam praktik kehidupan sudah benar dengan sendirinya. Kalau teman meminjam buku, misalnya, buku yang dipinjam hilang atau robek, kita memaafkan, merelakan dengan tulus. Itulah Ikhlas.
Ikhlas, dalam pengertian ibadah kepada Allah SWT lebih dalam dan lebih tinggi. Dalam beribadah, ikhlas berarti tidak ada peruntukkan selain kepada Allah SWT. Murni, tulus, hanya kepada Allah AWT. Tidak ada selain itu. Tujuan tunggal itulah yang diistilahkan Al-Quran dengan ikhlas.
Jangankan dalam beribadah, mengadu kepada Allah SWT dengan setulus hati, misalnya ketika otak dan rasa sudah demikian membeban, semua kita serahkan kepada Yang Mahakuasa, apa yang dirasakan? Kedamaian. Menurut petuah ulama, kalaulah hati lagi gundah-gelana, berwuduk tengah malam, hamparkan sajadah, sholat malam total berserah diri, hanya satu yang kita peroleh; damai di hati. Itu dalam meminta.
Nikmat tak terhingga tentunya dalam beribadah. Kita sholat, kita puasa, kita bersedekah, dengan hanya dan demi Allah SWT semuanya menjadi sempurna. Dalam pandangan ‘biasa-biasa’ saja, ada yang mempertanyakan tidak logis menyerahkan nyawa atau megorbankan nyawa orang lain karena Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar