Disusun dengan ringkas oleh
Abu Muhammad Al-‘Ashri
ِI. Pengantar
ِDalam artikel ini, akan dibahas masalah “Luqathah” (barang temuan). Pembahasan ini, hanya disusun secara ringkas, tanpa menyebutkan perbedaan pendapat di antara para ulama fiqh. Ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca yang baru mempelajari Islam.
II. Definisi Luqathah
Dalam istilah fiqh, luqathah adalah harta atau sesuatu yang khusus, yang hilang dari pemiliknya. Dengan demikian, terdapat tiga unsur dalam pembicaraan mengenai luqathah, yaitu (1) kehilangan barang, (2) orang yang menemukan, (3) barang temuan.
III. Macam-Macam Luqathah (Barang Temuan)
Yang termasuk barang-barang temuan ialah:
a) Sesuatu yang tidak diminati oleh kalangan menengah, seperti cambuk dan uang recehan. Luqathah seperti ini boleh dimiliki, tanpa pengumuman.
b) Hewan tersesat yang tidak memerlukan perlindungan. Contohnya adalah binatang buas yang masih kecil dan burung. Luqathah seperti ini tidak boleh diambil.
c) Luqathah di tanah suci (Makkah dan Madinah). Setiap luqathah yang didapat di tanah suci, haram diambil kecuali bagi orang yang hendak mengumumkan selamanya.
d) Harta dan hewan yang hilang selain yang disebutkan di atas (point a-c). Luqathah jenis ini, boleh diambil dengan diumumkan terlebih dahulu selama satu tahun.
IV. Apa yang Dilakukan Bila Menemukan Luqathah?
Secara umum, mengambil luqathah (barang temuan) hukumnya adalah boleh. Dalil mengenai hal ini adalah hadits yang bersumber dari Zaid ibn Khalid Al-Jihani, bahwa ia berkata
سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن اللقطة الذهب أو الورق ؟ فقال ( اعرف وكاءها وعفاصها ثم عرفها سنة فإن لم تعرف فاستنفقها ولتكن وديعة عندك فإن جاء طالبها يوما من الدهر فأدها إليه )
“Raslulullah صلى الله عليه و سلم ditanya mengenai luqathah emas dan perak. Beliau menjawab, “Kenalilah pengikat dan kemasannya, kemudian umumkan selama satu tahun. Jika kamu tidak mengetahui (pemiliknya), gunakanlah, dan hendaknya menjadi barang titipan padamu. Jika suatu hari nanti orang yang mencarinya datang, berikanlah kepadanya..!”
(Shahih Muslim, juz III, hal. 1346 dalam cet دار إحياء التراث العربي – بيروت yang ditahqiq محمد فؤاد عبد الباقي, hadits nomor 1722)
V. Bagaimana Jika Menemukan Luqathah?
a. Jika seseorang melihat barang temuan (luqathah), kemudian mengambilnya dengan niat untuk menjaganya, untuk dikembalikan kepada pemiliknya, sedangkan ia yakin mampu mengemban amanat itu, yang YANG LEBIH UTAMA ADALAH MENGAMBILNYA.
b. Namun, jika seseorang khawatir terjadi fitnah dan tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai orang yang menemukan luqathah (yaitu mengembalikannya kepada yang pemiliknya), hendaknya ia tidak mengambilnya.
VI. Pengumuman Luqathah?
Orang yang mengambil luqathah, wajib mengumumkannya selama satu tahun penuh. Dalil mengenai hal ini adalah Hadits Zaid ibn Khalid bahwa Nabi صلى الله عليه و سلم memerintahkan supaya mengumumkan selam satu tahun penuh. Pengumuman itu dilakukan di pasar-pasar, pintu-pintu masjid, dan tempat berkumpulnya orang, serta dilakukan pada siang hari. Pengumuman itu berisi penjelasan tentang jenis barang dan bisa dilakukan sendiri atau orang yang mewakilinya.
VII. Kapan Luqathah Bisa Dimiliki?
Jika penemu luqathah adalah orang miskin, ia boleh memilki luqathah tersebut JIKA TELAH MENGUMUMKANNYA SELAMA SATU TAHUN dan TIDAK ADA ORANG YANG MENGENALINYA.
Adapun jika yang menemukannya adalah orang kaya, hendaknya ia menyedekahkannya. Kemudian jika pemiliknya datang, ia diberi pilihan untuk tetap meneruskan shadaqahnya atau menggantinya.
VIII. Bila Luqathah Rusak atau Hilang
Luqathah merupakan amanat bagi orang yang mengambilnya.
a) Jika orang mengambil luqathah, lalu merusakkannya, atau hilang karena keteledorannya, ia harus menggantikan barang sejenis jika ada padanannya
b) Jika tidak mendapatkan barang yang sejenis/sepadan, ia harus menggantinya dengan uang yang senilai dengan barang luqathah.
c) Jika orang yang mengambil luqathah meninggal dunia dan barang luqathah belum genap setahun, ahli waris menggantikan posisinya untuk menyelesaikan pengumuman. Apabila telah lewat setahun, ahli waris tersebut boleh memilikinya. Kemudian, jika ternyata pemiliknya datang, pemilik tersebut boleh mengambil barangnya dari si ahli waris tadi. Wallahu A’lam
IX. Referensi
a. Ensiklopedi Fiqh Mualamah dalam Pandangan 4 Madzhab, Prof. Dr. Abdullah bin Muhammad At-Thayyar (et.al), 1430 H/2009 M. Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif.
b. Shahih Muslim (juz III). Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, dengan tahqiq dan ta’liq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi. Tanpa tahun. Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-‘Arabi (via software Al-Maktabah Asy-Syamilah).
Masjid Al-Ashri
19/07/1430, Pukul 11:17 WIB
Abu Muhammad Al-‘Ashri
ِI. Pengantar
ِDalam artikel ini, akan dibahas masalah “Luqathah” (barang temuan). Pembahasan ini, hanya disusun secara ringkas, tanpa menyebutkan perbedaan pendapat di antara para ulama fiqh. Ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca yang baru mempelajari Islam.
II. Definisi Luqathah
Dalam istilah fiqh, luqathah adalah harta atau sesuatu yang khusus, yang hilang dari pemiliknya. Dengan demikian, terdapat tiga unsur dalam pembicaraan mengenai luqathah, yaitu (1) kehilangan barang, (2) orang yang menemukan, (3) barang temuan.
III. Macam-Macam Luqathah (Barang Temuan)
Yang termasuk barang-barang temuan ialah:
a) Sesuatu yang tidak diminati oleh kalangan menengah, seperti cambuk dan uang recehan. Luqathah seperti ini boleh dimiliki, tanpa pengumuman.
b) Hewan tersesat yang tidak memerlukan perlindungan. Contohnya adalah binatang buas yang masih kecil dan burung. Luqathah seperti ini tidak boleh diambil.
c) Luqathah di tanah suci (Makkah dan Madinah). Setiap luqathah yang didapat di tanah suci, haram diambil kecuali bagi orang yang hendak mengumumkan selamanya.
d) Harta dan hewan yang hilang selain yang disebutkan di atas (point a-c). Luqathah jenis ini, boleh diambil dengan diumumkan terlebih dahulu selama satu tahun.
IV. Apa yang Dilakukan Bila Menemukan Luqathah?
Secara umum, mengambil luqathah (barang temuan) hukumnya adalah boleh. Dalil mengenai hal ini adalah hadits yang bersumber dari Zaid ibn Khalid Al-Jihani, bahwa ia berkata
سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن اللقطة الذهب أو الورق ؟ فقال ( اعرف وكاءها وعفاصها ثم عرفها سنة فإن لم تعرف فاستنفقها ولتكن وديعة عندك فإن جاء طالبها يوما من الدهر فأدها إليه )
“Raslulullah صلى الله عليه و سلم ditanya mengenai luqathah emas dan perak. Beliau menjawab, “Kenalilah pengikat dan kemasannya, kemudian umumkan selama satu tahun. Jika kamu tidak mengetahui (pemiliknya), gunakanlah, dan hendaknya menjadi barang titipan padamu. Jika suatu hari nanti orang yang mencarinya datang, berikanlah kepadanya..!”
(Shahih Muslim, juz III, hal. 1346 dalam cet دار إحياء التراث العربي – بيروت yang ditahqiq محمد فؤاد عبد الباقي, hadits nomor 1722)
V. Bagaimana Jika Menemukan Luqathah?
a. Jika seseorang melihat barang temuan (luqathah), kemudian mengambilnya dengan niat untuk menjaganya, untuk dikembalikan kepada pemiliknya, sedangkan ia yakin mampu mengemban amanat itu, yang YANG LEBIH UTAMA ADALAH MENGAMBILNYA.
b. Namun, jika seseorang khawatir terjadi fitnah dan tidak dapat melaksanakan kewajiban sebagai orang yang menemukan luqathah (yaitu mengembalikannya kepada yang pemiliknya), hendaknya ia tidak mengambilnya.
VI. Pengumuman Luqathah?
Orang yang mengambil luqathah, wajib mengumumkannya selama satu tahun penuh. Dalil mengenai hal ini adalah Hadits Zaid ibn Khalid bahwa Nabi صلى الله عليه و سلم memerintahkan supaya mengumumkan selam satu tahun penuh. Pengumuman itu dilakukan di pasar-pasar, pintu-pintu masjid, dan tempat berkumpulnya orang, serta dilakukan pada siang hari. Pengumuman itu berisi penjelasan tentang jenis barang dan bisa dilakukan sendiri atau orang yang mewakilinya.
VII. Kapan Luqathah Bisa Dimiliki?
Jika penemu luqathah adalah orang miskin, ia boleh memilki luqathah tersebut JIKA TELAH MENGUMUMKANNYA SELAMA SATU TAHUN dan TIDAK ADA ORANG YANG MENGENALINYA.
Adapun jika yang menemukannya adalah orang kaya, hendaknya ia menyedekahkannya. Kemudian jika pemiliknya datang, ia diberi pilihan untuk tetap meneruskan shadaqahnya atau menggantinya.
VIII. Bila Luqathah Rusak atau Hilang
Luqathah merupakan amanat bagi orang yang mengambilnya.
a) Jika orang mengambil luqathah, lalu merusakkannya, atau hilang karena keteledorannya, ia harus menggantikan barang sejenis jika ada padanannya
b) Jika tidak mendapatkan barang yang sejenis/sepadan, ia harus menggantinya dengan uang yang senilai dengan barang luqathah.
c) Jika orang yang mengambil luqathah meninggal dunia dan barang luqathah belum genap setahun, ahli waris menggantikan posisinya untuk menyelesaikan pengumuman. Apabila telah lewat setahun, ahli waris tersebut boleh memilikinya. Kemudian, jika ternyata pemiliknya datang, pemilik tersebut boleh mengambil barangnya dari si ahli waris tadi. Wallahu A’lam
IX. Referensi
a. Ensiklopedi Fiqh Mualamah dalam Pandangan 4 Madzhab, Prof. Dr. Abdullah bin Muhammad At-Thayyar (et.al), 1430 H/2009 M. Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif.
b. Shahih Muslim (juz III). Muslim bin Al-Hajjaj Abul Husain Al-Qusyairi An-Naisaburi, dengan tahqiq dan ta’liq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi. Tanpa tahun. Beirut: Dar Ihya At-Turats Al-‘Arabi (via software Al-Maktabah Asy-Syamilah).
Masjid Al-Ashri
19/07/1430, Pukul 11:17 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar