Bismillahir Rahmannir Rahimm
Assalammu’alaikum wr.wb.
Takabur atau sombong merupakan sifat yang tercela, Allah SWT telah berfirman dalam QS. Al-A’raaf:146 yang artinya: “ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaa-Ku”.
Allah SWT telah berfirman:”Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang”.(Qs. Aal-Mu’min:35).
Nabi Muhammad saw telah bersabda: “Tidak dapat masuk surga orang yang di dalam kalbunya terdapat kesombongan seberat zarrah (semut kecil)”.
Makna takabur adalah suatu sifat dalam jiwa manusia yang timbul karena memandang dirinya, dan kesombongan yang tampak pada lahiriahnya merupakan pengaruh dari sifat itu. Rasulullah saw telah bersabda: “Aku berlindung kepada Engkau dari hembusan sifat takabur (sombong yang ada dalam diri)”.
Macam-macam sombong:
1.Sombong terhadap Allah; misalnya orang yang bersangkutan tidak mau tunduk kepada perintah-Nya, maka hal itu merupakan kekafiran yang parah.
2.Sombong terhadap para Rasul; yang artinya tidak mau patuh kepada manusia yang semisal dengannya, maka hal itu merupakan kekafiran yang parah.
3.Takabur terhadap sesama manusia dan menyeru mereka untuk melayani dan berendah diri kepadanya; dan hal ini berarti menyaingi keagungan-Nya, karena sesungguhnya selain Allah, sesuatu yang lain tidak pantas sama sekali ditaati.
4.Sombong karena harta dan kedudukan; barang siapa diuji dengan cinta kedudukan, maka cita-citanya hanya terbatas untuk meraih kedudukan dan memburunya untuk makin bertambah serta menjaring hati semua orang, dan yang demikian itu memaksanya untuk berbuat riya dan munafik.
Karena itu Rasulullah saw menyerupakan hal tersebut yakni cinta harta dan kedudukan dengan dua ekor serigala lapar yang dimasukkan ke dalam kandang ternak kambing, beliau bersabda:
“Sesungguhnya cinta kedudukan itu dapat menumbuhkan kemunafikan sebagaimana air menumbuhkan sayur-sayuran”.
5.Sombong karena memperlihatkan kesalehannnya, maka hal ini bertentangan dengan kesalihan itu sendiri.
Alloh SWT telah berfirman:”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatupun dalam beribadat dengan Tuhannya”.
Dan Allah pun berfirman dalam Qs. Al-Maa’uun :4-6: “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, orang yang berbuat riya.
6.Sombong karena kebaikan-kebaikan yang dilakukannya, ilmu dan amalnya; maka hal itu seharusnya dilakukan hanyalah karena Allah, apabila dia menyombongkan diri dengan terhadap manusia, berarti pahalanya telah diambilnya bahkan pahala amalnya itu hampir digugurkan (dihapuskan).
Jiwa kita bebas apabila dirinya (jiwa kita) bersih dari rasa takabur. Apabila jiwa kita cenderung merasa tinggi di atas orang lain, maka hendaklah ia mengekang diri dengan bersikap rendah diri dan menetapinya, mudah-mudahan Allah membebaskan kita dari sifat yang kotor ini. Apabila jiwa kita merasakan bahwa telah terbebas dari sifat takabur, maka hendaklah kita membuktikannya dengan menguji diri melalui empat perkara berikut:
1.Mencoba diri melakukan debat dengan seorang lawan untuk menguji apakah kita emosi dan marah karena kebenaran berada dipihak lawan, dan apakah kita masih mempunyai perasaan ingin menang ataukah tidak?
2.Hendaklah kita mendahulukan teman-teman kita atas diri kita diberbagai tempat pertemuan
3.Hendaklah kita membawa kebutuhan kita ke rumah kita baik yang berupa makanan atau lainnya, karena demikianlah menurut tuntunan sunah dan hendaknya kita membantu pekerjaan rumah bersama dengan pelayan-pelayan kita, juga makan bersama mereka. Semua itu merupakan hal yang dianjurkan oleh sunnah. Juga memenuhi undangan orang fakir, berangkat bersama mereka dan membantu membawakan kebutuhan mereka.
Nabi telah bersabda:” Barangsiapa yang membawa keperluannya ke rumahnya, sesungguhnya dia telah terbebas dari takabur”.
4.Hendaklah ia memakai pakaian yang sederhana di kalangan orang banyak.
Nabi telah bersabda:” Kesederhanaan itu termasuk bagian dari iman”
Marilah kita renungi, bahwa sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan, dan rendah diri yang terpuji ialah bersikap rendah diri dengan teman-teman tanpa menghinakan diri.
Wassalammu’alaikum wr.wb.
(Dikutip dari Ringkasan Ihya Ulumudin karya Imam Al –Ghazali)
-
Archives
-
Blogroll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar