Jika ditanyakan padamu, "Apakah al-Ushuul[1] ats-Tsalaatsah (tiga landasan utama) yang wajib diketahui[2] oleh setiap orang?" Maka jawablah, "Pertama: Pengetahuan tentang Tuhannya[3]. Kedua: Pengetahuan tentang agamanya[4]." Ketiga: Pengetahuan tentang Nabinya, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam[5]."
[1]. Al-Ushul merupakan jama' (bentuk plural) dari al-ashl (landasan), yaitu sesuatu yang di atasnya dibangun sesuatu yang lain. Ashl dinding berarti pondasinya, ashl pohon berarti yang aripadanya tumbuh cabang-cabang. Allah berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit." (Ibrahim: 24)
Tiga landasan utama yang disinggung oleh pengarang rahimahullah ini adalah hal-hal yang ditanyakan paa manusia saat di dalam kuburan: "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu?"
[2] Pengarang rahimahullah mengemukakan masalah ini dengan metode tanya jawab. Hal ini agar setiap orang memperhatikan masalah tersebut dengan seksama, sebab ini adalah masalah besar dan landasan utama, dalam ucapan beliau: Ini merupakan tiga landasan yang wajib diketahui setiap manusia karena ia adalah beberapa landasan yang ditanyakan kepada manusia saat ia berada di dalam kuburnya, yakni ketika dikebumikan dan kawan-kawannya sudah pulang, saat itu dua malaikat datang dan mendudukkannya seraya bertanya, siapa Tuhanmu, apa agamamu, dan siapa Nabimu. Orang yang beriman akan mengatakan, "Tuhanku Allah, agamaku Islam dan Nabiku Muhammad." Sedangkan orang yang ragu-ragu atau munafik maka akan menjawab, "Ha, ha, aku tidak tahu, aku mendengarkan orang-orang mengatakan sesuatu maka aku mengatakannya."
[3] Mengenal Allah melalui beberapa sebab, di antaranya dengan merenungkan dan memikirkan makhuk-Nya, kedua aktivitas tersebut dapat menghantarkan seseorang mengetahui Allah dan memahami kebesaran kerajaan-Nya, kesempurnaan kekuasaan-Nya, hikmah dan rahmat-Nya. Allah berfirman:
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Qur'an itu?" (Al A'raaf: 185)
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan .." (Saba': 46)
إِنَّ فِي اخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَّقُونَ
"Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa." (Yunus: 6)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Al Baqarah: 164)
Termasuk di antara sebab pengetahuan hamba tentang Tuhannya adalah memikirkan ayat-ayat syar'iyah, yakni wahyu yang dibawa oleh para rasul 'alaihimussalam. Dalam ayat-ayat tersebut tampak kemaslahatan agung, di mana kehidupan makhluk di dunia dan akhirat tidak dapat berlangsung secara baik kecuali dengannya. Jika hamba tersebut memikirkan dan merenungkan apa yang terkandung di dalamnya berupa ilmu dan hikmah, lalu mendapati keteraturan dan kemaslahatannya buat manusia, niscaya dia mengetahui siapa Tuhannya, sebagaimana firman Allah:
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (An Nisaa': 82)
Di antara sebab yang lain adalah apa yang diletakkan Allah dalam hati orang mukmin tentang pengetahuan kepada Allah sehingga seakan-akan ia melihat Tughannya secara langsung. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, saat beliau ditanya oleh Jibril tentang Ihsan, beliau menjawab, "Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya dan jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim, Kitabul Iman).
[4] Maksudnya, landasan pengetahuan kedua adalah pengetahuan tentang agamanya yang ia dibebani untuk mengamalkannya, juga pengetahuan tentang kandungan (agama berupa) hikmah, rahmat, dan maslahat bagi segenap makhluk serta meninggalkan hal-hal yang merusak maslahat.
Orang yang mau berfikir dan merenungkan secara sungguh-sungguh tentang agama Islam tentu akan mengetahui bahwa Islam adalah agama yang benar dan Islam adalah agama kemaslahatan bagi segenap makhluk. Kita tidak dibenarkan mengukur Islam dengan kondisi umat Islam sekarang, sebab umat Islam (sekarang) terlalu banyak yang meremehkan banyak hal dan melanggar berbagai larangan besar, sehingga seakan-akan mereka hidup di sebagian negara Islam dalam suasana yang buikan Islami.
Agama Islam alhamdulillah mencakup semua maslahat yang dikandung oleh semua agama-agama terdahulu dan lebih unggul dari agama-agama tersebut, karena ia cocok untuk segala zaman, tempat dan umat. Dan makna "cocok untuk segala zaman, tempat dan mat" adalah bahwa berpegang teguh dengannya tidak bertentangan dengan maslahat umat, kapan dan di mana saja, dan justru dengan Islam itulah kemaslahatan bisa terwujud, sebaliknya, bukan berarti bahwa ia tunduk kepada setiap zaman, tempat dan umat. Agama Islam menyeru kepada setiap perbuatan baik dan melarang dari setiap perbuatan buruk. Islam memerintahkan kepada akhlak yang mulia dan melarang dari akhlak yang tercela.
[5] Ini adalah landasan ketiga, yakni pengetahuan mansia tentang Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajari sejarah kehidupan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, ibadah beliau, akhlak dakwahnya kepada Allah, jihadnya fii sabilillah, serta segi-segi lain dari kehidupan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena itu, setiap orang yang ingin menambah pengetahuan dan keimanan kepada Nabinya harus menelaah perjalanan hidup beliau, baik ketika dalam peperangan maupun perdamaian, ketika susah maupun senang, serta dalam segala keadaan beliau.
Kita mengharap kepada Allah, semoga menjadikan kita di antara orang-orang yang mengikuti Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam secara lahir batin serta mewafatkan kita dalam keadaan demikian. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas yang demikian. Allahumma amin.
(Dikutip dari buku Syarh Tsalatsatil Ushul karya Syailh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, edisi Indonesia: Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok Siapa Rabbmu? Apa Agamau? Siapa Nabimu?, penerbit Darul Haq, cet. V, hal. 55-59)
Abu Muhammad Herman
-
Archives
-
Blogroll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar