Karang Sambung merupakan laboratorium alam dan monumen geologi yang sangat menarik bagi obyek penelitian maupun wisata alam. Salah satu kecamatan di bagian utara Kabupaten Kebumen ini disebut laboratorium alam geologi karena menghadirkan variasi struktur dan jenis batuan di kawasan yang relatif tidak luas. Nilai ilmiahnya bertambah penting setelah lahir teori tektonik lempeng, karena menurut para ahli geologi daerah ini pernah menjadi batas lempeng konvergen berupa jalur subduksi pada jaman Kapur yang berlanjut hingga Pegunungan Meratus, Kalimantan. Batuan-batuan hasil tumbukan tersebut kini terangkat ke permukaan dan dapat diamati dalam kondisi yang relatif segar.
Oleh karena begitu pentingnya, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai Cagar Alam Geologi Nasional yang dikelola oleh Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hal ini bertujuan agar batuan-batuan langka yang terdapat di Karang Sambung terlindung dari kepunahan akibat ditambang oleh penduduk. Sebab Karang Sambung juga menjadi bukti teori tektonik lempeng dan menjadi referensi dunia.
A. Fasilitas
Baik kegiatan penelitian maupun wisata ilmiah di Karang Sambung dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI. Unit ini memiliki fasilitas pendukung berupa tempat penginapan & asrama, perpustakaan, dan bengkel kerja kerajinan batumulia (gambar 1). Kegiatan wisata ilmiah itu meliputi ceramah ilmiah populer, diskusi, kunjungan lapangan ke berbagai lokasi penting, melihat koleksi batuan serta proses pembuatan batu mulia.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan perburuan atau pencarian batuan di aluvial Sungai Lukulo, sungai terbesar di daerah ini. Di kawasan Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI dapat dilihat proses pembuatan kerajinan batu mulia, mulai dari memilih bahan, memotong, dan membentuknya. Selain batu mulia, pengunjung juga bisa melihat berbagai koleksi batuan yang ada di Karangsambung, model tektonik, maket geologi (gambar 2) dan peraga yang menggambarkan proses dinamika bumi di museum.
B. Beberapa Batuan di Karang Sambung
Untuk menuju Balai Informasi dan Konservasi Kebumian LIPI, dari pusat Kota Kebumen dapat menempuh jalan datar beraspal namun berkelok-kelok mengikuti Sungai Luk Ulo yang berada di sebelah baratnya. Tersedia juga angkutan umum berupa bis kecil berukuran ¾ atau angkot yang menempuh rute Terminal Kebumen-Karang Sambung.
Beberapa singkapan batuan yang menarik untuk diamati ialah Bukit Jatibungkus, Gunung Parang, Bukit Wagir Sambeng, Gunung Sipako, Krakal, dan Kali Brengkok.
- Bukit Jatibungkus
Bukit berukuran 350 x 150 meter ini tampak terisolir di antara dataran di sisi utara dan selatannya. Di lokasi ini terdapat batugamping dengan fosil berupa Foraminifera besar, ganggang merah, ganggang hijau, serta Milliodidae. Selain itu, ditemukan juga pecahan-pecahan kuarsa, rijang, dan batuan metamorf, yang mengindikasikan bahwa batuan ini diendapkan dekat dengan sumbernya.
.
- Gunung Parang
Di gunung ini, dapat diamati bentuk kekar kolom seperti yang terdapat pada Devil’s Tower di Wyoming, Amerika Serikat. Gunung yang tersusun dari batuan beku Diabas ini merupakan intrusi konkordan berupa sill yang menerobos Fm. Karangsambung dan Fm. Totogan.
.
.
- Bukit Wagir Sambeng
Gunung ini seluruhnya tersusun oleh asosiasi rijang dan batulempung gampingan berwarna merah. Singkapan yang merupakan endapan laut dalam ini berlapis hampir vertikal membentuk puncak-puncak punggungan yang sempit, memberikan kenampakan yang mempesona sebagai suatu monumen. Morfologi amphiteater dan kondisi geologi Karangsambung dapat dilihat dari puncak gunung ini.
- Gunung Sipako
Di sini terdapat singkapan filit berwarna hitam pada dinding sungai yang terjal. Batuan ini terbentuk selama proses penunjaman serta merupakan batuan metamorf berderajat rendah. Proses tektonik dan deformasi lebih lanjut berupa patahan geser searah aliran sungai, membentuk lipatan-lipatan kecil serta struktur gores garis pada batuan filit.
.
- Krakal
Daerah yang terletak di Kecamatan Alian ini berupa pemandian air panas. Terbentuknya mataair panas yang bersifat basa ini bukan karena aktivitas gunungapi, tetapi hasil induksi panas dari dalam bumi akibat adanya patahan yang mengenai daerah ini. Untuk menuju tempat ini, dapat menggunakan angkot jurusan Kebumen-Alian langsung dari Kebumen.
- Kali Brengkok
Di tempat ini terdapat sekis mika berwarna abu-abu cerah dan tampak mengkilap terkena sinar matahari dan merupakan batuan tertua di Pulau Jawa, yang menjadi alas pulau ini. Batuan yang terdiri dari mineral mika ini terbentuk karena pengaruh tekanan yang sangat kuat hingga menjadi sekis mika di dalam kulit bumi.
.
.
Selain batuan-batuan tersebut, masih ada beberapa tempat yang menarik untuk dikunjungi. Sayangnya, belum semua situs bernilai ilmiah tinggi ini dibebaskan menjadi milik negara. Dari 30 situs, baru delapan yang telah dibebaskan menjadi milik negara. Sisanya masih berada di tangan masyarakat sehingga menjadi obyek penggalian batu dan pasir. Gunung Parang misalnya, tiap musim kemarau selalu terkikis palu para pencari batu untuk bahan bangunan (gambar 7). Padahal, kalau dibandingkan, nilai ekonominya tidak lebih tinggi daripada nilai ilmiahnya. LIPI memang telah melindungi sebagian Gunung Parang itu, terutama struktur kolom yang mirip dengan Devil’s Tower di Wyoming, Amerika Serikat. Masalahnya, bagian belakang gunung itu belum dibebaskan dan masih terus digali. Jika penggalian tersebut dibiarkan, maka bagian depannya akan habis juga.
Penggalian batuan juga mengakibatkan hilangnya batugamping Orbitulina yang terletak di Kabupaten Banjarnegara. Selain itu, batugamping di Jatibungkus, yang mengandung fosil koral dan alga, dikhawatirkan kelestariannya. Sebab jika dipecah-pecah dan dimasukkan ke tungku, batugamping tersebut bisa menjadi kapur tohor.
Lahirnya keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang mengangkat status lapangan geologi ini menjadi cagar alam geologi pertama di Indonesia itu diharapkan dapat memberi kekuatan hukum untuk menghentikan kegiatan penggalian batu langka ini. Selain itu, diperlukan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan ini bagi ilmu geologi.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar